Kisah Para Rasul 17:22-31
Diskriminasi adalah sikap atau tindakan yang tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu terhadap individu atau kelompok lainnya. Dengan kata lain, diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama. Diskriminasi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Diskriminasi terhadap sesama bisa dilakukan berdasarkan warna kulit, golongan, ras, ekonomi, sosial, gender, agama, dan sebagainya.
Mungkin kita bertanya, “Apakah diskriminasi dapat terjadi di gereja?” Jawabannya adalah bahwa hal itu mungkin saja terjadi. Diskriminasi dapat terjadi bila gereja atau anggota gereja tidak memahami hakikat manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Secara natural, semua orang merupakan gambar Allah dan rupa Allah. Dalam kedaulatan-Nya, Allah menciptakan manusia dengan keadaan baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian 1:31), dan semua manusia sama di mata Tuhan. Dosa membuat manusia melihat dirinya, budaya-nya, sukunya, rasnya, warna kulitnya, sebagai yang terbaik bila diban-dingkan dengan yang lain. Perasaan superior (lebih tinggi, lebih baik) daripada orang lain ini membangkitkan sikap merendahkan, lalu muncullah sikap diskriminatif (membeda-bedakan).
Dalam khotbahnya yang terkenal di kota Athena (Kisah Para Rasul 17:16-34), Rasul Paulus menguraikan suatu visi alkitabiah tentang suatu masyarakat yang multirasial (terdiri dari banyak suku bangsa), bahwa Allah adalah Tuhan bagi semua ciptaan. Didalam Dia kita ada, kita hidup, kita bergerak. Dia adalah Bapa dari seluruh umat manusia. Diskriminasi merupakan kejahatan, bahkan merupakan dosa, di mata Tuhan. Mengenal Allah secara benar sebagai Pencipta atas seluruh umat manusia, seluruh ras, dan etnis akan berdampak pada sikap kita terha-dap sesama manusia. Dengan demikian, akan tergenapi penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos tentang gereja, ‘Kemudian daripada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.” ( Wahyu 7:9). Inilah visi alkitabiah yang akan tergenapi saat parousia (Yesus Kristus datang untuk kedua kali) tiba. [GI Laazar Manuain]