Kepemimpinan Gereja Masa Kini

Efesus 4:11-16

Di sepanjang sejarah gereja, secara umum dikenal 3 model sistem pemerintahan gereja, yaitu: Pertama, model episkopal atau model hierarkis. Dalam model ini, kekuasaan tertinggi gereja berada di tangan seorang pengawas (uskup). Jadi, ada garis komando dari atas ke bawah. Kedua, model presbiterian. Model ini berakar pada ajaran Calvin yang mengacu pada Efesus 4:11. Kekuasaan tertinggi gereja berada di tangan sejumlah penatua atau majelis yang dipilih oleh para anggota gereja. Pendeta merupakan salah satu penatua atau majelis. Ketiga, model kongregasional yang dapat disebut sebagai sistem independen. Dalam sistem ini, kekuasaan tertinggi gereja berada di tangan anggota jemaat. Setiap gereja memiliki pemerintahan sendiri atau otonom. Hak suara se-tiap anggota jemaat menentukan perwakilan jemaat melalui pemben-tukan panitia untuk menjalankan pelayanan gereja. Walaupun secara umum hanya ada 3 sistem pemerintahan gereja, namun ketiga sistem pemerintahan gereja ini memiliki perkembangan atau variasi, khususnya dalam hal ikatan dan kerja sama dengan gereja-gereja lain yang memiliki kepercayaan (doktrin) dan sistem yang sama.

Ketiga sistem pemerintahan gereja di atas didasarkan pada firman Tuhan. Akan tetapi, kurang bermanfaat bila kita memperdebatkan mana sistem pemerintahan gereja yang lebih baik atau lebih alkitabiah. Yang penting, setiap gereja harus memilih suatu pemerintahan gereja yang paling cocok bagi gereja tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, para pemimpin gereja harus dapat menyesuaikan diri dengan konteks dan zaman tempat gereja berada dan melayani. Dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa para pemimpin gereja (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala-pengajar) berasal dari Allah (4:11). Hal ini berarti bahwa para pemimpin gereja haruslah memiliki reputasi yang baik, memenuhi kuali-fikasi rohani yang baik, bijaksana, dan terus mengembangkan karunia rohani yang ada pada mereka untuk melayani. Para pemimpin gereja harus menolong (memperlengkapi) para anggota untuk melakukan pe-kerjaan pelayanan. Usaha memperlengkapi anggota jemaat untuk mela-yani ini lazim disebut sebagai memuridkan. Bila para pemimpin gereja memuridkan para anggota jemaat untuk melayani bersama, pelayanan gereja akan bisa terus berkembang. Tanpa pemuridan, pelayanan gereja akan terbatas perkembangannya. [GI Laazar Manuain /GI Purnama]