Doa Dalam Pelayanan

Lukas 10:1-20

Manakah yang lebih penting: berdoa atau melayani? Keduanya sama penting dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Untuk bisa melayani dengan baik, kita harus berdoa. Tanpa doa, pelayanan kita merupakan pelayanan yang bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada Allah. Tanpa doa, pelayanan kita akan terasa melelahkan, menjadi beban, dan tidak memiliki fokus. Doa berarti kita melibatkan Allah dalam pelayanan yang kita lakukan.

Tuhan Yesus menunjuk dan mengutus 70 murid untuk pergi berdua-dua mendahului Dia ke kota atau tempat yang hendak Ia kunjungi. Dia tahu bahwa waktu-Nya tidak banyak (9:51). Oleh karena itu, Ia mengutus para murid untuk pergi dan memberitakan Injil Kerajaan Allah ke semua tempat yang hendak Ia kunjungi. Dia melihat bahwa tuaian—yaitu orang-orang yang membutuhkan Injil—banyak, tetapi pekerja—yaitu orang-orang yang bersedia pergi memberitakan Injil—sedikit. Oleh karena itu, Tuhan Yesus berkata, “Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (10:2). Dalam Alkitab bahasa Inggris versi ESV, kata “mintalah” ini diterjemahkan menjadi “berdoalah dengan sungguh-sungguh”. Hal ini berarti bahwa kita perlu berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah Bapa—Sang Empunya tuaian—mengirim para pekerja untuk menuai tuaian. Tuaian adalah milik Allah Bapa. Allah Bapa akan mengirim orang-orang untuk menuai. Pada umumnya, banyak orang bersedia melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang. Namun, untuk melayani Tuhan, amat sulit menemukan orang yang memiliki kesungguhan hati. Kata “mengirimkan” dalam ayat tersebut berarti mendorong dengan kuat. Tidak mudah bagi orang berdosa untuk melakukan pelayanan bagi Kerajaan Allah, sehingga Allah Bapa harus mendorong dengan kuat, agar seseorang bersedia pergi atau bekerja bagi Allah.

Pelayanan yang sulit hanya dapat diterobos dengan doa. Sayangnya, orang Kristen tidak selalu memprioritaskan doa dan sering kali lebih mementingkan strategi dan program pelayanan. Strategi dan program itu baik dan perlu, tetapi berdoa dengan sungguh-sungguh untuk pelayanan harus diprioritaskan. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk mendoakan pelayanan dengan sungguh-sungguh? [WY]

Tuhan Yesus Yang Utama

Lukas 9:43b-62

Apa yang dituntut Tuhan Yesus dari para pengikut-Nya? Dia menun-tut totalitas atau keseluruhan hidup kita! Karena Dia adalah Allah dan Juruselamat kita, kita harus mengutamakan Dia dalam hidup kita. Komitmen ini tidak berlebihan karena Beliau memang layak mendapat tempat paling utama dalam hidup kita. Sulitnya tuntutan mengutamakan Kristus itu terlihat dalam perbincangan di 9:57-62. Pertama, kehendak Kristus harus lebih diutamakan daripada kesenangan serta kenyamanan diri sendiri. Tuhan Yesus berkata kepada seseorang yang ingin mengikut Dia, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (9:58). Mengikut Tuhan Yesus itu sangat sulit karena pelayanan yang Dia lakukan tidak mudah. Ingatlah bahwa perkataan di atas tidak berarti bahwa pengikut Kristus harus hidup tanpa tempat tinggal. Akan tetapi, perkataan itu berarti bahwa kita harus siap melepaskan kenyamanan diri kita.

Kedua, Kristus harus lebih diutamakan daripada keluarga kita sendiri. Tuntutan ini sangat sulit dilakukan. Kebanyakan orang lebih mementingkan suami, istri, atau anak daripada kehendak Allah. Orang kedua diundang langsung oleh Tuhan Yesus, tetapi ia tidak bersedia mengikut Kristus sebelum ayahnya meninggal. Kemungkinan besar, ayah orang itu belum meninggal. Jika ayahnya sudah meninggal dan ia sedang menanti waktu penguburan, dia tidak mungkin berada bersama-sama dengan Tuhan Yesus saat itu. Dia beranggapan bahwa tanggung jawab terhadap keluarga lebih penting daripada mengikut Kristus. Ingatlah bahwa tanggung jawab terhadap keluarga tidak boleh diabaikan. Akan tetapi, bila kita mengutamakan Kristus, kita bisa meyakini bahwa Tuhan pasti memelihara keluarga kita. Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang mati bisa diurus oleh mereka yang mati secara rohani, sehingga orang itu seharusnya pergi memberitakan Injil (9:59-60).

Ketiga, Kristus harus lebih diutamakan daripada relasi dengan masa lalu. Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (9:62). Beliau menginginkan agar para pengikut-Nya memusatkan perhatian pada pelayanan yang Ia percayakan, bukan pada masa lalu atau pada ikatan-ikatan relasi yang menghalangi pelayanan. [WY]

Mengikut Kristus

Lukas 9:22-43a

Apakah arti mengikut Tuhan Yesus? Mengikut Tuhan Yesus berarti menyangkal diri, memikul salib setiap hari, dan mengikuti Dia (9:23). Setiap orang yang sungguh-sungguh mau mengikut Tuhan Yesus harus mengikuti perkataan dan teladan yang Dia berikan. Sayangnya, sejak abad pertama sampai masa kini, banyak orang memiliki pemahaman yang keliru tentang Yesus Kristus sebagai Sang Mesias. Orang-orang Yahudi pada abad pertama mengharapkan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan pemerintah Romawi, bukan Mesias yang menderita sampai mati di kayu salib (9:22). Mereka tidak menyadari bahwa setiap orang yang mengikut Tuhan Yesus harus memikul salib atau mengalami penderitaan sebagai pengikut Kristus.

Perkataan Tuhan Yesus bahwa para pengikut-Nya harus memikul salib mengandung pengertian melakukan secara sukarela. Perkataan “menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari” adalah kalimat aktif, artinya orang yang mengikuti Tuhan Yesus harus memikul salib dengan kemauan sendiri. Perhatikan bahwa pada zaman itu, seseorang memikul salib karena pemaksaan. Seorang yang hendak dihukum dengan cara dipaku di kayu salib akan mengalami berbagai penyiksaan, termasuk dipaksa memikul salibnya sendiri sampai ke tempat penyaliban. Memikul salib bukan hanya merupakan penyiksaan, tetapi juga merupakan penghinaan berat. Di sepanjang jalan, banyak orang yang menyaksikan dan mengolok-olok. Sungguh menyakitkan hati! Oleh karena itu, bila Tuhan Yesus meminta agar para pengikut-Nya memikul salib secara sukarela setiap hari, hal itu berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus menghadapi berbagai macam penderitaan karena iman kepada Yesus Kristus yang harus ditanggung secara sukarela.

Perintah Tuhan untuk memikul salib itu bukan tanpa alasan. Setiap orang yang memikul salib sedang berjalan menuju ke surga dan mem-peroleh hidup kekal (9:24-25). Sikap menolak salib, lalu hidup mengikuti keinginan dunia akan membawa seseorang menuju pada kematian kekal. Seseorang yang sudah memperoleh anugerah keselamatan, sudah dilahirkan kembali, akan dipimpin oleh Roh Kudus untuk memikul salib secara sukarela. Walaupun memikul salib itu tidak mudah dan mungkin berarti harus mencucurkan air mata, Roh Kudus akan memampukan para pengikut Kristus. [WY]

Perlengkapan Pelayanan

Lukas 9:1-21

Saat Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia, Ia akan menyediakan apa yang kita perlukan untuk melaksanakan pelayanan itu. Tuhan Yesus memberi tugas kepada kedua belas murid-Nya untuk pergi memberitakan Injil Kerajaan Allah (9:2). Sebelum mereka melakukan pelayanan yang Ia percayakan, Tuhan Yesus terlebih dahulu memberikan anugerah yang mereka perlukan, yaitu kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit (9:1). Perhatikan bahwa tugas mereka adalah memberitakan Injil kerajaan Allah, sedangkan mengusir setan dan menyembuhkan penyakit adalah tanda yang menyertai pemberitaan Injil. Pada masa kini, banyak orang yang bertanya-tanya, “Apakah kuasa mengusir setan dan menyembuhkan penyakit masih ada?” Kita perlu menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain, “Apakah pemberitaan Injil masih dilakukan dengan setia?” Ada orang-orang yang mengaku bahwa mereka memiliki kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit. Namun, apakah mereka juga memberitakan Injil tentang Yesus Kristus? Jika tidak, kuasa mengusir setan atau menyembuhkan penyakit itu mungkin bukan berasal dari Tuhan Yesus.

Kebutuhan lain yang Tuhan Yesus janjikan kepada kedua belas murid-Nya adalah pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan (9:3). Dengan memerintahkan kedua belas murid-Nya untuk tidak membawa apa-apa dalam perjalanan, Tuhan Yesus menghendaki agar mereka hidup bergantung kepada Allah Bapa dari sehari ke sehari. Bila burung-burung di udara saja dipelihara oleh Bapa di surga, apalagi orang-orang yang melayani Dia. Mereka pasti tidak akan mengalami kekurangan. Seorang pemberita Injil harus hidup dengan bergantung kepada Tuhan. Bagaimana ia dapat mengajak orang lain untuk mempercayai Tuhan bila ia sendiri tidak lebih dahulu hidup bergantung kepada-Nya? Tuhan Yesus memerintahkan kedua belas murid-Nya untuk tidak membawa apa-apa supaya mereka dapat melayani dengan efektif. Membawa terlalu banyak kebutuhan jasmani dapat merintangi pelayanan mereka. Fokus mereka dapat bergeser dari mengutamakan pelayanan menjadi memperhatikan kebutuhan jasmani. Tuhan Yesus menghendaki agar misi yang Ia berikan kepada kedua belas murid-Nya menjadi fokus mereka. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda melayani dengan sikap bergantung kepada Tuhan, termasuk dalam hal kebutuhan jasmani? [WY]

Bayar Harga

Lukas 8:22-56

Setiap orang percaya memiliki panggilan yang berbeda-beda di dalam kehidupan ini. Ada orang yang dipanggil Tuhan untuk menjadi rohaniwan yang melayani penuh waktu. Ada pula orang yang Tuhan panggil untuk menjadi guru, pengusaha, pejabat, dan sebagainya. Tuhan memberi tugas dan misi yang berbeda-beda kepada setiap orang. Ada orang yang dipanggil untuk melayani di desa, di kota kecil, atau bekerja di bidang yang sederhana. Ada pula orang yang Tuhan pakai untuk melayani di kota besar atau menjadi pengusaha berskala internasional. Melayani atau bekerja di tempat sederhana bukan berarti kurang bernilai bila dibandingkan dengan melayani di kota besar atau bekerja di perusahaan besar. Setiap panggilan adalah unik—atau berbeda dengan yang lain—dan Tuhan menghargai orang yang bersedia menjalani panggilan-Nya dengan sungguh-sungguh.

Orang yang telah dibebaskan Tuhan Yesus dari kerasukan setan memohon agar diperkenankan untuk mengikuti Dia (8:38). Keinginan ini membuktikan bahwa ia beriman dan telah memperoleh anugerah Allah serta ingin menjadi pengikut Kristus. Akan tetapi, permintaan itu ditolak Tuhan. Perhatikan bahwa saat Tuhan Yesus memanggil orang untuk mengikut Dia, banyak yang mengemukakan berbagai alasan untuk menolak (9:57,59,61). Orang yang mendengar pengajaran Tuhan Yesus pun banyak yang meninggalkan Dia setelah mendengar perkataan-Nya yang tidak dapat mereka terima (Yohanes 6:60-66). Dalam bacaan Alkitab hari ini, mengapa Tuhan Yesus menolak orang yang ingin mengikuti Dia? Tuhan Yesus menolak karena Ia memiliki panggilan khusus terhadap orang yang sudah Dia sembuhkan itu. Dia ingin agar orang itu memberitakan pekerjaan Allah di kampung halamannya sendiri (8:39). Tugas ini tidak mudah! Kembali ke kampung halaman untuk memberitakan Yesus Kristus kepada kaum keluarga dan orang-orang yang mengenal masa lalunya sebagai seorang yang selama bertahun-tahun dirasuk setan adalah tugas yang sangat berat! Masa lalunya bisa membuat orang meragukan perkataannya. Ia juga bisa ditolak karena untuk kesembuhannya, banyak orang kehilangan babi yang merupakan sumber mata pencaharian mereka. Akan tetapi, orang itu menaati panggilan Tuhan Yesus bagi dirinya (8:39). Apakah Anda juga bersedia menaati panggilan Allah terhadap diri Anda? [WY]

Iman Untuk Mengerti

Lukas 8:1-21

Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang menolak iman Kristen karena sulit mengerti atau menerima doktrin yang diajarkan Alkitab? Walaupun terdengar aneh, sebenarnya memang ada peristiwa seperti itu. Pernah ada seorang bapak yang “mencoba” untuk menghadiri ibadah di gereja. Ia bukan orang Kristen, tetapi ia mengikuti ibadah karena tertarik dengan ibadah yang diselenggarakan dalam bahasa Mandarin. Setelah sekian lama mengikuti ibadah, bapak ini mulai merasa tidak nyaman. Penyebabnya adalah ia terperanjat saat mendengar khotbah yang disampaikan pada hari Minggu, khususnya tentang keselamatan yang hanya bisa didapatkan melalui iman kepada Yesus Kristus, tentang pilihan Allah atas orang percaya, dan tentang anugerah pengampunan yang hanya bisa diperoleh melalui iman. Pengajaran seperti itu bertentangan dengan keyakinannya dan sangat sulit untuk ia terima, sehingga ia tidak mau mengikuti ibadah di gereja lagi.

Perlu disadari bahwa pengertian tentang firman Tuhan selalu dimulai dengan iman. Seorang Bapak Gereja bernama Agustinus dari Hippo mengatakan, Crede ut intelligas, artinya “Percayalah, maka Anda akan mengerti!” Di kemudian hari, seorang uskup bernama Anselm melanjutkan perkataan Agustinus itu dengan mengatakan bahwa iman membuat seseorang memiliki keinginan untuk mengerti dan mendalami firman Tuhan. Menurut Anselm, pengertian akan firman akan memberi sukacita terhadap orang percaya. Tuhan Yesus menjelaskan kepada para murid bahwa tidak semua orang dapat memahami rahasia Kerajaan Allah. Ada orang-orang yang sekalipun memandang tidak melihat, sekalipun mendengar tidak mengerti (8:10). Hal ini dijelaskan Tuhan Yesus lebih lanjut dengan menguraikan makna perumpamaan-Nya. Tidak semua orang merespons firman Tuhan dengan semestinya. Ada yang mendengar, namun firman itu tidak pernah tinggal (8:12). Ada yang mendengar, namun tidak berakar, sehingga tidak sungguh-sungguh percaya dan dapat murtad (8:13). Ada yang tidak berbuah karena hatinya dikuasai oleh kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup (8:14). Namun, ada pula yang mendengar firman, lalu firman itu berbuah dalam hidup mereka. Orang-orang ini dikatakan memiliki hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan. Apakah Anda telah berusaha melakukan firman Allah dengan tekun? [WY]

Anugerah Pengampunan

Lukas 7:18-50

Walaupun kisah wanita yang meminyaki Tuhan Yesus dalam bacaan Alkitab hari ini mirip dengan kisah wanita yang mengurapi Tuhan Yesus di ketiga kitab Injil yang lain (Matius 26:6-13; Markus 14:3-9; Yohanes 12:1-8), sebenarnya kisah dalam Injil Lukas ini amat berbeda dengan kisah dalam ketiga Injil yang lain: Pertama, dalam Injil Matius dan Markus, tuan rumah yang mengundang Tuhan Yesus disebut Simon si kusta, sedangkan Simon di Injil Lukas adalah orang Farisi. Pada masa itu, banyak orang yang bernama Simon, sehingga tidak mengherankan bila sebutan Simon di atas menunjuk kepada dua orang yang berbeda. Kedua, sebutan wanita berdosa hanya ada di Injil Lukas. Ketiga, kisah dalam Injil Lukas terjadi di awal pelayanan Tuhan Yesus, bukan menjelang penyaliban seperti dalam ketiga kitab Injil yang lain (Perhatikan Matius 26:12; Markus 14:8; Yohanes 12:7).

Di tengah “ketegangan” antara Tuhan Yesus dengan orang Farisi, sangat menarik untuk diperhatikan bahwa seorang Farisi bernama Simon mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. Apakah tujuan undangan itu? Kemungkinan, Simon ingin menguji Tuhan Yesus. Ia dan orang-orang yang turut makan di rumahnya ingin melihat apakah Tuhan Yesus benar-benar seorang “Nabi” atau bukan (Lukas 7:39). Seorang perempuan yang terkenal berdosa (7:37) datang dan membersihkan kaki Tuhan Yesus dengan air mata, rambut, dan minyak wangi. Tindakan ini menunjukkan bahwa ia menyadari dosanya dan ia beriman bahwa Yesus Kristus yang penuh rahmat dan belas kasihan tidak akan menolak dia (7:50). Melihat perbuatan wanita itu, Simon berpikir bahwa jika Yesus Kristus seorang Nabi, seharusnya Ia menghindar dan mencegah tindakan perempuan itu (7:39). Namun, Tuhan Yesus justru mengajarkan tentang anugerah pengampunan melalui perumpamaan orang yang dihapus hutangnya (7:41-43). Simon menganggap dirinya benar, sehingga ia kurang “mengasihi” Yesus Kristus. Ia tidak menyambut Yesus Kristus sebagaimana sepantasnya tuan rumah menyambut tamu (7:44-46). Sebaliknya, perempuan itu sangat merendahkan diri. Ia menyadari dosa dan ketidaklayakannya. Tuhan Yesus mengajar Simon bahwa pengampunan adalah anugerah (7:47-48). Orang yang sudah mengalami pengampunan seharusnya lebih mengasihi Tuhan Yesus. Apakah Anda sudah mengalami anugerah pengampunan? [WY]

Belas Kasih Tuhan Yesus

Lukas 7:1-17

Hidup di tengah zaman yang serba “artificial” atau “palsu” sering kali menumpulkan rasa belas kasihan kita. Kita sulit membedakan apakah seseorang benar-benar susah sehingga perlu mendapatkan belas kasihan, ataukah orang itu sedang menipu kita. Ada orang yang susah, namun menutupi kesusahan karena gengsi. Sebaliknya, banyak pula orang yang berpura-pura susah dengan maksud untuk menipu orang lain. Namun, waspadalah agar adanya orang-orang yang berpura-pura susah itu jangan sampai membuat kita menutup mata dan kehilangan belas kasihan terhadap orang lain. Kita perlu belajar untuk memiliki belas kasihan seperti Tuhan Yesus.

Bacaan Alkitab hari ini menunjukkan hati Tuhan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan (7:13). Ia melihat kesulitan dan kesedihan janda yang ditinggalkan anak laki-laki satu-satunya itu. Janda itu tidak lagi memiliki siapa pun juga yang bisa menjadi tempatnya bersandar. Keadaan seorang janda pada zaman Perjanjian Lama dan pada zaman Tuhan Yesus berbeda dengan keadaan pada masa kini. Pada zaman itu, kehidupan seorang janda sangat menyedihkan. Mereka tidak bisa bekerja karena status sosialnya sebagai wanita dan sebagai janda yang dipandang rendah oleh masyarakat pada masa itu. Ingatlah tentang Naomi yang menganggap hidupnya begitu pahit setelah ditinggal mati oleh suami dan oleh kedua anak laki-lakinya (Rut 1). Tuhan Yesus memahami penderitaan sang janda, sehingga Ia lalu membangkitkan anaknya yang sudah mati itu (Lukas 7:13-15). Ia menggenapi janji Allah dengan melaksanakan apa yang ingin Allah lakukan kepada umat-Nya, yaitu “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara” (Yesaya 61:1, bandingkan dengan Lukas 7:22). Oleh karena itu, orang-orang yang melihat apa yang Tuhan Yesus perbuat kepada janda itu memuliakan Allah dan mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah nabi besar dan bahwa Allah telah melawat umat-Nya (7:16). Tuhan Yesus menginginkan agar para murid dan orang-orang yang percaya kepada-Nya memiliki belas kasihan terhadap orang lain. Apakah Anda sudah meneladani Tuhan Yesus dan berbelas kasihan terhadap sesama? [WY]

Memiliki Kemurahan

Lukas 6:20-49

Apakah maksud Tuhan Yesus saat Ia memerintahkan agar kita tidak menghakimi (6:37)? Apakah perintah itu berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh menilai kesalahan, tidak boleh mengadili, dan tidak boleh menghukum suatu kesalahan? Tentu tidak! Dalam Alkitab, jelas sekali bahwa Tuhan Yesus tidak menoleransi kemunafikan, kebohongan, dan kesesatan. Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang berlaku munafik. Rasul Paulus menegur keras anggota jemaat yang berkompromi dengan melakukan dosa. Orang percaya tidak boleh menutup mata terhadap realitas dosa. Akan tetapi, ada hal-hal yang harus diperhatikan saat kita berhadapan dengan dosa dan kelemahan orang lain.

Pertama, sebelum menghakimi orang lain, kita harus menyadari bahwa kita juga dapat melakukan pelanggaran yang sama, bahkan pelanggaran yang lebih berat. Kita pun juga akan menghadapi penghakiman atas dosa dan kelemahan kita (6:37). Kedua, bila kita harus menghakimi orang lain, kita harus melakukannya dengan motivasi kasih dan dengan kemurahan hati. Kita telah menerima kemurahan Allah. Oleh karena itu, kita harus bermurah hati kepada orang lain yang melakukan dosa atau kelemahan. Prinsip memberi ini akan lebih mudah kita pahami dengan memperhatikan prinsip memberi di zaman Perjanjian Lama. Allah memerintahkan umat-Nya yang telah beroleh kemurahan dan hidup berkelimpahan agar tidak bersikap pelit atau perhitungan terhadap orang-orang miskin. Saat memanen gandum atau anggur atau hasil ladang lainnya, orang Israel tidak boleh memanen sampai habis sama sekali, melainkan harus menyisakan sebagian—baik dari hasil panen yang terjatuh maupun yang tertinggal—untuk orang-orang miskin. Memberi harus dilakukan dengan gelas takar yang dipadatkan, kemudian dilebihkan agar tumpah keluar ke ribaan orang miskin yang meminta belas kasihan (6:38). Demikian pula dengan menghakimi. Menghakimi harus dilakukan dengan murah hati—misalnya dengan memberi kesempatan kedua—dan tanpa motivasi untuk menghancurkan orang lain atau untuk menyombongkan diri. Tuhan Yesus memberi teladan yang indah saat Ia berdoa di kayu salib agar Allah Bapa mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia (Lukas 23:34). Apakah Anda telah meneladani kemurahan hati Tuhan Yesus? [WY]

Tujuan Hukum

Lukas 6:1-19

Pernahkah Anda mendengar orang berkata bahwa menjadi orang Kristen itu sulit karena banyak aturannya: Tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu? Sekilas, pandangan tersebut tampaknya benar. Akan tetapi, sebenarnya orang-orang yang berpendapat seperti itu mungkin telah salah memahami tujuan hukum dan aturan dalam firman Tuhan. Sejak semula, Allah tidak memberi hukum dengan maksud untuk mengekang umat-Nya. Sepuluh Hukum Allah serta berbagai peraturan keagamaan dan sosial dalam kehidupan umat Israel bertujuan agar mereka hidup kudus, baik, dan mengalami damai sejahtera. Hukum tidak diberikan dengan tujuan untuk membebani atau memperbudak umat. Hukum diberikan untuk membantu umat Allah agar hidup dalam damai sejahtera.

Orang Farisi melihat bahwa murid-murid Tuhan Yesus memetik bulir gandum, memakan, dan menggisar—atau memutar—bulir gandum pada hari Sabat. Mereka mengkritik karena perbuatan para murid itu tergolong sebagai pekerjaan menyiapkan makanan yang merupakan pelanggaran terhadap aturan Sabat. Terhadap kritik tersebut, Tuhan Yesus menjawab dengan mengangkat kisah Daud dan orang-orangnya yang kelaparan saat melarikan diri dari kejaran Raja Saul (1 Samuel 21:1-6). Saat itu, Ahimelekh—imam di Nob—memberikan roti kudus kepada Daud dan orang-orangnya. Dalam situasi normal, roti kudus itu hanya boleh dikonsumsi oleh para imam (Imamat 24:5-9). Namun, Ahimelekh memberikan roti itu kepada Daud dan para pengikutnya setelah tahu bahwa mereka itu tahir. Roti kudus memang hanya boleh dimakan oleh para imam yang telah menguduskan diri (Bilangan 18:11-13). Imam di Nob, Daud, dan Tuhan Yesus mengetahui hukum dan aturan, namun mereka juga tahu bahwa hukum dan aturan tersebut adalah untuk kebaikan umat, bukan untuk mencelakai umat. Saat nyawa terancam karena lapar, maka imam, Daud, dan Yesus Kristus tahu bahwa nyawa harus lebih diutamakan daripada aturan.

Rincian aturan hari Sabat yang dibuat oleh para ulama Yahudi dipandang bersifat mengikat dan harus dilakukan. Akan tetapi, Tuhan Yesus tahu bahwa aturan berhenti bekerja pada hari Sabat itu dimaksudkan agar umat Allah dapat menikmati istirahat dan menikmati Allah melalui ibadah. Apakah ibadah telah menjadi prioritas Anda? [WY]