Pembukaan Enam Meterai

Bacaan Alkitab hari ini:

Wahyu 6

Mulai pasal 6, diungkapkan hal-hal yang akan terjadi di sepanjang sejarah gereja, hingga tibanya hari kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Pasal 6 ini mengungkapkan pelbagai penderitaan yang akan terjadi di muka bumi. Pengungkapan itu digambarkan seperti membuka gulungan tulisan yang termeterai. Pembukaan empat meterai pertama memperlihatkan 4 kuda dan penunggangnya. Kuda putih dan penunggang yang memegang panah (6:1-2) melambangkan panglima perang yang mengobarkan peperangan dan penaklukan di antara bangsa-bangsa. Kuda merah padam dengan penunggang yang memegang pedang (6:3-4) melambangkan kehancuran hubungan antar sesama manusia. Kuda hitam dengan penunggang yang memegang timbangan (6:5-6) melambangkan kondisi hidup kelaparan (kekurangan makanan dan minuman) akibat hancurnya pertanian. Kuda hijau Kuning (atau “kuda pucat”) dengan penunggang yang bernama maut (6:7-8) melambangkan banyaknya kematian akibat peperangan, kelaparan dan penyakit. Pembukaan meterai keenam mengungkapkan akan terjadinya kehancuran dunia (6:12-17).

Bagaimana orang percaya harus bersikap? Pembukaan meterai kelima memperlihatkan hal itu. Orang percaya berdoa, bahkan menjerit kepada Allah, karena beratnya penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami. Mereka meminta Allah agar menyatakan penghakiman terakhir secara cepat dan tuntas (6:9-11). Akan tetapi, waktu penghakiman terakhir belum tiba. Allah meminta mereka menunggu. Dengan berserah kepada Allah, mereka akan menantikan waktu itu tiba, yakni waktu kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Dalam masa penantian ini, apakah Anda telah tekun berdoa?  [AH]

Wahyu 6:11
“Dan kepada mereka masing-masing diberikan jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.”

Penglihatan tentang Tuhan Yesus, Sang Anak Domba

Bacaan Alkitab hari ini:

Wahyu 5

Fokus pasal 4 adalah Allah sebagai Pencipta dan Raja yang duduk di atas tahta-Nya, sedangkan fokus pasal 5 adalah Tuhan Yesus sebagai Anak Domba yang disalibkan dan menjadi Juruselamat dunia. Semula, Yesus Kristus disebut sebagai Singa dari Yehuda yang berasal dari keturunan Daud (5:5), untuk menggambarkan kekuasaan dan keagungan-Nya. Selanjutnya, yang disorot adalah Yesus Kristus sebagai Anak Domba yang telah disembelih (5:6). Kekuasaan dan kehormatan Yesus Kristus bukan semata-mata karena Dia memiliki kuasa seperti singa, tetapi karena Dia rela berkorban untuk menyelamatkan manusia. Dia rela menjadi Anak Domba Allah yang disembelih untuk memikul dosa manusia. Anak Domba ini diberi otoritas untuk membuka rahasia tentang rencana Allah dan tentang hal-hal yang akan terjadi (hal itu digambarkan seperti menerima dan membuka gulungan maklumat yang dikunci dengan tujuh meterai raja, 5:1-8). Tujuh meterai yang akan dibuka oleh Yesus Kristus adalah siklus pertama dari gambaran mengenai penghukuman Allah atas dunia yang berdosa (pasal 6-8). Angka tujuh jelas menggambarkan penghukuman Allah yang bersifat menyeluruh. Yesus Kristus membukakan tentang kesulitan dan penderitaan yang akan terjadi, bukan untuk menakut-nakuti Gereja-Nya, tetapi supaya Gereja waspada dan bersiap-sedia, serta senantiasa bersandar dan beriman kepada Allah sebagai Pencipta, Raja, dan Juruselamat.

Seperti para tua-tua, para malaikat dan makhluk-makhluk lainnya yang tersungkur dan memuji Yesus Kristus (5:8-14), kita yang sudah ditebus dan dibeli dengan darah-Nya yang mahal seharusnyalah senantiasa meninggikan Dia—Sang Anak Domba, Juruselamat dunia—dan mengabarkan Dia hingga ke ujung bumi. Apakah kehidupan Anda membuat Yesus Kristus ditinggikan?  [AH]

Wahyu 5:12b
“Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian.”

Penglihatan tentang Allah di Atas Takhta-Nya

Bacaan Alkitab hari ini:

Wahyu 4

Pasal 4 mulai menceritakan penglihatan Yohanes—yang digambarkan dengan berbagai simbol—tentang apa yang akan terjadi (4:1). Yang pertama-tama dia lihat adalah Allah yang duduk di atas takhta-Nya. Di tengah kekacauan dunia, Yohanes melihat Allah sebagai Raja yang berdaulat, penuh kemuliaan, dengan nyala api Roh Kudus di hadapan-Nya. Allah yang mulia ini dikelilingi oleh dua puluh empat tua-tua yang mengenakan mahkota kemenangan. Mereka adalah lambang seluruh umat Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Selain itu, ada empat makhluk yang mewakili seluruh ciptaan Allah. Kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu mengungkapkan kekekalan dan kekudusan Allah melalui pujian dan penghormatan yang tak henti-hentinya (4:3-11). Ketika pujian-pujian dipersembahkan, kedua puluh empat tua-tua itu turun dari takhta mereka, melemparkan mahkota, dan tersungkur di hadapan Allah—Sang Pencipta dan Raja semesta. Mereka merasa tidak layak duduk di atas kursi kehormatan karena hanya Allah yang layak menerima puji-pujian dan hormat. Itulah ibadah kepada Allah! Segenap umat dan segenap ciptaan melihat kepada Allah dengan fokus yang jelas kepada Allah yang memegang kendali kehidupan kita, walaupun kelihatannya dunia dan sejarah manusia terus bergolak.

Allah adalah Pencipta, sekaligus Raja atas ciptaan-Nya. Bagaimana respons manusia yang sepantasnya kepada Allah? Segala hormat dan pujian harus dikembalikan hanya kepada Allah! Prestasi dan kehormatan kita sebagai umat Allah harus menjadi sarana bagi penghormatan kepada Allah. Allah harus disanjung! Umat Allah adalah umat yang senantiasa tersungkur di hadapan takhta Allah dan menyembah Dia selama-lama-Nya. [AH]

Wahyu 4:11
“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

Surat Tuhan Yesus kepada Gereja-gereja-Nya (1)

Bacaan Alkitab hari ini:

Wahyu 2

Bagian ini terdiri dari empat surat yang dikirim oleh Yohanes kepada empat jemaat, yaitu jemaat di kota Efesus, Smirna, Pergamus, dan Tiatira. Kota-kota ini (dan tiga kota lainnya, yaitu Sardis, Filadelfia, dan Laodikia) disebut secara berurutan sesuai dengan letak geografisnya yang agak melingkar. Urutan seperti ini memudahkan perjalanan orang yang mengantar surat-surat tersebut.

Keempat surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes ini memiliki fitur yang kurang lebih sama, yaitu gambaran tentang siapa Yesus Kristus, pujian kepada jemaat, teguran, panggilan untuk bertobat, janji bagi yang menang, dan pernyataan bahwa surat tersebut harus diedarkan supaya bisa dibaca oleh orang-orang Kristen lainnya. Ada dua jemaat yang tidak ditegur, yaitu Jemaat Smirna dan Jemaat Filadelfia (mereka beriman, walaupun mereka miskin dan tidak memiliki banyak kekuatan, 2:9; 3:8). Satu-satunya jemaat yang tidak dipuji adalah jemaat Laodikia yang mengganggap diri mereka kaya dan tidak kekurangan apa pun (3:17).

Bacalah dengan teliti keempat surat ini! Perhatikanlah bagaimana Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya dalam keempat surat ini! Renungkan juga bagaimana isi hati Tuhan Yesus terhadap jemaat-Nya! Apa saja yang Dia sukai dari suatu jemaat sehingga jemaat itu memperoleh pujian? Apa saja yang tidak Dia sukai dari suatu jemaat sehingga Dia menegur jemaat itu dengan sangat keras? Saat ini, apakah Anda melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan jemaat saat itu? Perhatikan perintah Tuhan Yesus agar jemaat bertobat dari kesalahan mereka (2:5, 16, 21). Apakah teguran Tuhan Yesus kepada jemaat saat itu cocok dengan situasi Anda saat ini? [AH]

Wahyu 2:4-5a
“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya enggkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.”

Yohanes di Pulau Patmos

Bacaan Alkitab hari ini:

Wahyu 1

Rasul Yohanes dibuang oleh pemerintah Romawi ke Pulau Patmos, pulau kecil di daerah Turki. Pembuangan ini merupakan hukuman yang dijatuhkan karena dia memberitakan firman Allah dan bersaksi tentang Yesus Kristus (1:9). Dia hidup terpencil di pulau itu dan tidak dapat kemana-mana, tetapi hatinya dan imannya tidak dibatasi oleh tempat yang kecil itu.

Di situ, ia tetap dapat mendengar suara Allah dan firman Al-lah yang berbicara kepadanya. Oleh karena itu, dia merasakan dan mengalami kehadiran Allah yang sangat nyata (1:10-20). Dia dikucilkan, tetapi justru dia mengalami kehidupan bersama dengan Allah. Dia berada di pulau yang terpencil, tetapi di sepan-jang kitab Wahyu, dia selalu dapat melihat “pintu terbuka” yang membuat dia dapat melihat rencana Allah (4:1; 11:19; 15:5; 19:11) yang membuat hati dan pikirannya senantiasa terangkat kepada Allah surgawi. Oleh karena itu, ia tidak putus asa dan tidak berhenti untuk bersaksi tentang Yesus Kristus. Walaupun tidak bisa kemana-mana, melalui surat-suratnya yang ia tulis untuk tujuh gereja di Asia Kecil, Rasul Yohanes bersaksi tentang Yesus Kristus dan memberitakan firman Allah (1:4–11). Hatinya dan pelayanannya untuk umat Allah tidak terbatasi oleh pembuangannya di Pulau Patmos.

Apakah Anda sering mengeluh karena berbagai kekurangan pada diri Anda? Apakah Anda sering mencari alasan untuk tidak bersaksi dan tidak memberitakan Injil karena adanya tekanan dari pemerintah dan masyarakat? Menengoklah kepada Allah! Dengan iman, kita akan dapat melihat bahwa pintu Allah telah dibukakan untuk kita, kesempatan pelayanan dan pemberitaan Injil diberikan kepada kita, dan kita dapat terus bersaksi tentang Yesus Kristus. [AH]

Wahyu 1:5b-6“Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya, dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.”

Pujilah TUHAN, hai jiwaku!

Bacaan Alkitab hari ini:

Mazmur 146-147

Memuji TUHAN adalah respons yang wajar bagi seorang yang telah mengalami keselamatan yang disediakan Allah di dalam Kristus. Sayangnya, yang sering muncul dalam kehidupan ini adalah respons yang tidak wajar, yaitu keluhan atau bahkan protes kepada Allah. Keluhan atau protes ini biasanya disebabkan karena cara pandang kita terhadap kehidupan keliru. Di satu sisi, mungkin kita mengakui bahwa Allah itu baik dan Dia mahakuasa. Akan tetapi, saat menghadapi kenyataan hidup yang tidak menyenangkan hati kita, kita meragukan kebaikan Allah dan menyangsikan kemampuan Allah memberi yang terbaik bagi diri kita. Kesalahan cara pandang yang lain adalah bahwa kita terlalu berharap pada orang lain yang kita anggap lebih kaya dan lebih pandai daripada diri kita, dan kita lupa untuk berharap kepada TUHAN, padahal kebahagiaan sejati hanya bisa dirasakan oleh orang yang berharap kepada Allah (146:5) dan pujian yang tulus akan otomatis muncul bila rasa syukur bertumbuh (147:7). Allah tidak suka bila kita berharap bukan kepada Dia!

Apakah Anda merasa bersyukur atas keadaan Anda, atau sebaliknya: Anda merasa tidak puas terhadap kehidupan yang sedang Anda jalani? Bila Anda tidak bisa merasa puas, mungkin Anda masih belum menyadari bahwa sesungguhnya Allah telah berkali-kali menolong Anda melewati bahaya dan Allah telah berkali-kali memenuhi kebutuhan Anda saat Anda menghadapi jalan buntu. Bila kita belum bisa melihat kebaikan Allah, mungkin kita belum membuka mata kita cukup lebar untuk bisa me-lihat karya Allah dalam hidup kita. Ingatlah selalu bahwa kita tidak akan pernah mengalami kebahagiaan (damai sejahtera) bila kita belum bersandar kepada Allah. [P]

Mazmur 147:1
“Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.”

Pengenalan Menentukan Respons

Bacaan Alkitab hari ini:

Mazmur 145

Mengapa ada orang yang amat bersemangat mengabdikan hidupnya bagi Tuhan, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang sama sekali tidak peduli kepada TUHAN? Yang menyebabkan perbedaan respons kepada TUHAN adalah pengenalan seseorang akan TUHAN. Orang yang tidak mengenal TUHAN akan tidak peduli kepada TUHAN. Orang yang pengenalannya kepada TUHAN samar-samar akan bersikap biasa-biasa saja. Akan tetapi, orang yang sungguh-sungguh mengenal TUHAN, mengenal kasih-Nya dan mengenal perbuatan-Nya akan mengabdikan hidupnya bagi kemuliaan TUHAN. Perhatikan bahwa dalam Mazmur yang kita baca hari ini, Raja Daud berkata bahwa dia hendak mengagungkan Allah serta memuji dan memuliakan nama-Nya untuk seterusnya dan selamanya karena dia mengenal kebesaran TUHAN dan perbuatan (pekerjaan) TUHAN yang dahsyat (145:1-6).

Apakah Anda mengenali kebesaran (kemuliaan) Tuhan, karya-Nya, kasih setia-Nya, kesabaran-Nya, kebaikan-Nya, dan anugerah-Nya? Bila jawaban Anda adalah “ya”, tidak mungkin hati dan mulut Anda tidak meluap dengan pujian kepada-Nya! Tidak mungkin hati Anda tidak diliputi dengan rasa syukur! Tidak mungkin Anda tidak membicarakan kebaikan Allah terhadap diri Anda! Tidak mungkin Anda terus merasa putus asa saat menghadapi persoalan! Tidak mungkin Anda terus meragukan kebaikan Allah! Bila Anda merasa belum memberi respons yang pantas kepada Allah, periksalah kembali pengenalan Anda akan siapa Allah dan apa yang telah Dia perbuat bagi diri Anda! Membaca Alkitab, berdoa, dan berusaha menerapkan ajaran Alkitab setiap hari dalam kehidupan sehari-hari merupakan satu-satu-nya cara untuk meningkatkan pengenalan kita akan Allah. [P]

Mazmur 145:21
“Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya.”

Tak Berharga di Mata Manusia, tetapi Berharga di Mata TUHAN!

Bacaan Alkitab hari ini:

Mazmur 144

Masyarakat—termasuk para pejabat negara—pada umumnya sangat menghargai orang yang berprestasi, tetapi mengabaikan keadaan orang yang biasa-biasa saja. Anak-anak yang berprestasi di bidang olah raga atau yang dianggap telah berjasa terhadap negara mudah mendapatkan bea siswa, tetapi anak-anak yang tidak memiliki prestasi atau kelebihan apa pun biasanya dilupakan atau diabaikan, baik oleh masyarakat atau oleh negara. Bila dipandang dari sudut pandang Allah, tidak ada prestasi manusia yang membanggakan. Manusia itu bagaikan debu atau angin lewat yang tidak berarti. Oleh karena itu, saat mengingat kasih dan perhatian Allah, pemazmur berkata, “Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?”(144:3). Sang pemazmur terpesona saat memikirkan anugerah kasih dan perhatian Allah terhadap dirinya yang tidak berarti. Anugerah Allah itulah yang membuat sang pemazmur berani berdoa memohon pertolongan Allah (144:7-8) dan dirinya terdorong untuk memuji TUHAN (144:9). Anugerah Allah itu pula yang membuat sang pemazmur memiliki harapan akan masa depan (144:11-15).

Apakah Anda merasa bahwa diri Anda tidak berharga dan bahwa Anda diremehkan oleh orang-orang di sekitar diri Anda? Apakah Anda merasa bahwa tidak ada sesuatu apa pun di dalam diri Anda yang bisa membuat Anda merasa bangga? Bila keadaan Anda demikian, ingatlah bahwa Anda berharga dalam pandangan Allah! Allah menganggap diri Anda sedemikian ber-harga sehingga Dia sampai mengutus Anak Tunggal-Nya—Tuhan Yesus Kristus—untuk mati menebus dosa Anda sebagai bukti dari kasih-Nya kepada Anda. (Yohanes 3:16). [P]

Mazmur 144:3
“Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?”