Mikha 6
Situasi dalam bacaan Alkitab hari ini bagaikan sebuah ruang sidang pengadilan. Allah mengajukan tuntutan yang adil kepada umat-Nya, dan keadilan Allah itu membuat Ia memberikan kesempatan kepada umat-Nya untuk membela diri. Allah ingin mendengar jawaban yang hendak dikemukakan oleh umat Israel atas tuduhan yang Allah kemukakan kepada mereka. Allah tidak pernah berlaku semena-mena. Umat Israel boleh menyampaikan pembelaan diri. Allah mengundang saksi-saksi (6:1-2) untuk mengemukakan fakta sebenarnya yang bersifat tidak memihak. Oleh karena itu, tuntutan Allah terhadap umat-Nya itu bersifat sah dan tidak semena-mena.
Allah memulai “persidangan” itu dengan mengajukan pertanyaan kepada umat-Nya, "Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!” (6:3). Ia meminta tanggapan umat-Nya atas apa yang telah Ia perbuat kepada mereka. Apakah ada perlakuan Allah yang tidak baik kepada umat Israel? Allah meminta orang Israel untuk mengajukan keberatan jika mereka menganggap Allah telah melakukan hal yang tidak benar. Ada versi Alkitab dalam bahasa Inggris yang mengganti perkataan “Jawablah Aku!” dengan perkataan yang bernuansa sidang pengadilan, “Bersaksilah melawan Aku!” (NKJV). Allah menyampaikan tantangan itu karena Ia tidak pernah merugikan umat Israel. Ia selalu melakukan apa yang baik dan benar. Ia menebus mereka dari tempat perbudakan di Mesir, lalu menuntun mereka untuk memasuki Tanah Perjanjian. Ia memberkati orang Israel saat Balak meminta Bileam mengutuk orang Israel. Allah mengubah kutuk menjadi berkat (6:4). Akan tetapi, pembelaan diri orang Israel memperlihatkan bahwa mereka salah duga. Mereka merasa bahwa tuntutan Allah terlalu banyak. Mereka mengira bahwa Allah menginginkan ribuan domba jantan dan puluhan ribu curahan minyak, bahkan mereka mengira bahwa Allah baru berkenan bila mereka mempersembahkan anak sulung mereka (6:6-7). Mereka berpikir bahwa Allah dapat disogok dengan berbagai macam ritual dan korban bakaran. Namun, Allah menjawab bahwa yang Ia kehendaki adalah agar mereka berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya (6:8). Inilah yang Allah inginkan dalam hidup kita karena Ia telah menebus kita dari maut. [WY]