2 Samuel 24:1-17
Sebagian besar orang suka dipuji karena pujian membangkitkan se-mangat hidup. Sayangnya, pujian berpotensi menumbuhkan kesom-bongan yang merupakan dosa dan membawa kepada kehancuran, sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan Raja Daud dan bangsa Israel. Setelah melewati serangkaian kudeta oleh Absalom serta menga-lahkan Pasukan Filistin, Kerajaan Israel berada dalam masa kejayaan dan relatif tenang. Namun, kejayaan membuat Raja Daud serta bangsa Israel jatuh dalam dosa kesombongan karena lupa bahwa kemenangan adalah pemberian Tuhan, bukan hasil kehebatan diri sendiri. Itulah sebabnya, dalam murka-Nya, Allah menghukum orang Israel dengan cara mengha-sut Raja Daud untuk melakukan sensus. Allah—dalam otoritasnya atas semua kejadian di dunia—memakai Iblis yang bangkit melawan Israel dan membujuk Raja Daud untuk melakukan sensus (2 Samuel 24:1; bandingkan dengan 1 Tawarikh 21:1).
Hukum Taurat secara eksplisit mengizinkan sensus (Keluaran 30:12). Bahkan, pada zaman Musa, diadakan dua kali sensus (Bilangan 1:2; 4:2, 22; 26:2), dan saat itu tidak ada hukuman Allah. Dalam sensus kali ini, sumber masalahnya adalah soal motivasi. Yoab mempertanyakan, “Teta-pi mengapa tuanku raja menghendaki hal ini?” (2 Samuel 24:3b). Sayang-nya, Raja Daud mengabaikan peringatan Yoab dan tetap menuruti kecondongan hatinya yang berdosa. Setelah sensus dilakukan, hati Daud berdebar-debar (24:10). Hati yang berdebar-debar mencerminkan ada-nya kesadaran dalam diri Raja Daud bahwa sensus yang ia lakukan hanyalah upaya untuk menunjukkan kehebatannya sebagai raja dalam pandangan bangsa-bangsa di sekitar Israel. Akibatnya, bangsa Israel mendapat hukuman Allah. Lewat perantaraan nabi Gad, Allah memberi tiga pilihan hukuman atas dosa tersebut. Daud memilih pilihan ketiga dengan alasan bahwa ia memilih untuk jatuh ke dalam tangan Tuhan ketimbang jatuh ke dalam tangan manusia.
Ingatlah bahwa semua pencapaian atau prestasi dalam hidup kita bukanlah semata-mata hasil kehebatan atau kecakapan diri kita, tetapi merupakan pemberian Allah yang selalu memberikan segala hal yang baik dalam hidup kita. Oleh karena itu, keinginan berlaku sombong harus dilawan! Apakah Anda merasa bahwa diri Anda “baik-baik saja”? Berhati-hatilah agar Anda tidak jatuh dalam dosa kesombongan! [FI]