2 Samuel 21
Upaya pemusnahan etnis massal pernah terjadi di Rwanda pada April hingga Juli 1994, saat delapan ratus ribu orang dari suku Tutsi dibantai oleh ekstremis suku Hutu. Dalam peringatan 20 tahun peristiwa pemusnahan etnis pada tahun 2014, pengadilan kepada para pelaku pembantaian tetap diproses untuk menyatakan keadilan di tengah dunia. Pada zaman Raja Daud, Tuhan juga menunjukkan bahwa pada diri Raja Saul dan keluarganya melekat hutang darah karena upaya Raja Saul memusnahkan orang-orang Gibeon yang notabene telah diizinkan untuk tinggal di tengah-tengah bangsa Israel lewat perjanjian (Yosua 9:15). Ironisnya, saat Tuhan memerintahkan Raja Saul untuk menumpas bangsa Amalek, ia justru tidak mau melakukannya (1 Samuel 13, 15). Melalui bencana kelaparan selama tiga tahun berturut-turut, Tuhan memerintah-kan Raja Daud untuk menyelesaikan masalah ketidakadilan yang telah terabaikan cukup lama ini. Atas permintaan orang-orang Gibeon, Raja Daud menyerahkan tujuh anak Saul untuk dieksekusi mati dengan cara digantung demi menyatakan keadilan Tuhan.
Kisah keadilan atas perbuatan jahat Raja Saul melalui eksekusi ketujuh anaknya ini membuat kita bertanya-tanya, “Mengapa anak-anak Saul harus menanggung kesalahan ayahnya? Meskipun Alkitab tidak mengungkapkan jawaban atas pertanyaan ini. Sangat mungkin bahwa saat pembantaian atas orang-orang Gibeon terjadi, ketujuh anak Saul ikut terlibat. Kematian tujuh anak Saul menebus kejahatan moral yang dilakukan oleh Raja Saul di masa lalu. Sebagai bentuk penghormatan Raja Daud terhadap mendiang Raja Saul dan Yonatan, tulang-tulang anak-anak Raja Saul yang mati tergantung beserta tulang-tulang Raja Saul dan Yonatan dikubur bersama-sama di kuburan keluarga mereka di Zela, Tanah Benyamin.
Terkadang, kita sulit memahami bagaimana cara Tuhan menyata-kan keadilan-Nya lewat kisah penghukuman anak-anak Raja Saul. Na-mun, sebenarnya jauh lebih sulit bagi kita untuk memahami bagaimana Allah dengan sengaja menghukum mati Putera-Nya yang Tunggal, hanya demi melepaskan manusia berdosa dari hukuman Ilahi. Jangan bersikap mencurigai Tuhan! Milikilah sikap yang tetap memercayai keadilan setiap keputusan Allah, sekalipun keputusan itu sering kali melampaui kemampuan pemikiran dan hikmat kita. [FI]