1 Samuel 21
Daud lari menjauhi Saul setelah Yonatan memberitahu dirinya tentang rencana Saul membunuh dia. Dalam pelariannya, Daud berbohong untuk melindungi dirinya sendiri. Ketakutan hebat membuat Daud berbohong kepada Ahimelekh—imam di Nob—dengan berkata bahwa ia datang seorang diri karena raja memberinya tugas rahasia (21:2). Namun, pelariannya ke Nob diketahui oleh Doeg—salah seorang pegawai Saul, orang Edom yang bertugas mengawasi gembala-gembala Saul (21:7). Karena kedatangannya diketahui oleh Doeg, Daud kembali melarikan diri. Kali ini ia melarikan diri ke Gat (21:10; bandingkan dengan 22:22). Entah apa niat Daud lari ke sana. Kemungkinan besar, Daud ingin mencari perlindungan. Namun, bukan perlindungan yang didapatkan Daud di sana, melainkan ancaman, karena Akhis dan pegawai-pegawainya mengenali Daud. Mereka telah mendengar bahwa Daud telah mengalahkan jauh lebih banyak musuh daripada Saul (21:11). Hal ini membuat Daud menjadi amat takut. Untuk melindungi dirinya, Daud berpura-pura gila (21:13). Ketakutan telah membuat Daud berusaha melindungi dirinya dengan cara-cara yang memalukan, yaitu berbohong, dan kemudian berpura-pura gila.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita bisa melihat bahwa Daud—seorang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan—ternyata harus melewati proses panjang—bahkan jatuh bangun—sebelum akhirnya menjalani hidup yang sungguh-sungguh percaya dan bersandar kepada Tuhan. Kegagalan atau kejatuhan sering kali menjadi sarana yang dipakai Tuhan untuk membuat seseorang menyadari bahwa dirinya adalah seorang berdosa yang memerlukan anugerah Allah. Dengan demikian, saat dia berbuat baik, dia akan menyadari bahwa kesempatan melakukan perbuatan baik itu juga merupakan anugerah Tuhan. Tuhan membiarkan Daud berbohong dan lari ke Gat agar Daud belajar menyadari kelemahan dirinya, sehingga ia selanjutnya belajar memercayai dan mengandalkan Tuhan dalam segala situasi.
Kita sekarang hidup pada masa pandemi yang membuat nyawa kita sewaktu-waktu terancam maut. Dalam kondisi yang menakutkan ini, apakah hidup kita menjadi kacau dan egois karena dikuasai ketakutan atau kita percaya dan bersandar kepada Tuhan sehingga kita bisa melakukan hal terbaik yang sesuai dengan kehendak Tuhan? [WY]