Galatia 3:1-14
Jika suatu kali ada orang yang digendong oleh seorang ahli akrobat terkenal yang berjalan di atas tali, lalu dia minta turun di tengah jalan dan mau berjalan sendiri sampai ke tujuan akhir, apa yang akan kita pikirkan tentang orang itu? Kira-kira itulah yang dilihat rasul Paulus dari jemaat Galatia: “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?” (3:1). Mereka telah menerima Kristus dan kare-nanya menerima Roh Kudus di awal hidup Kristen mereka. Bagaimana mungkin sekarang mereka mau meneruskan perjalanan dengan kekuat-an sendiri—dengan melakukan hukum Taurat, seakan-akan mereka mampu mencapai keselamatan akhir dengan kemampuan sendiri?
Kelompok pengacau di Galatia mengajarkan bahwa untuk bisa di-perhitungkan sebagai “anak-anak Abraham”, anggota jemaat Galatia harus mengikuti hukum Taurat dan disunat. Argumen rasul Paulus: Abraham percaya sebelum disunat, dan Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi, orang-orang yang percaya kepada Allah adalah anak-anak Abraham yang sesungguhnya. Mereka dibenar-kan—tanpa sunat—sama seperti Abraham. Tak ada orang yang dibe-narkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat karena tidak ada yang sanggup melakukan segala sesuatu yang tertulis di sana. Oleh karena itu, penebusan dari kutuk oleh Kristus Yesus adalah anugerah besar yang membuat—tanpa hukum Taurat—setiap orang yang perca-ya kepada-Nya bisa dibenarkan dan menerima Roh Kudus.
Saat ini, masih banyak orang yang bergantung kepada kekuatan sendiri untuk diterima oleh Allah. Mereka berusaha melakukan perbuat-an baik dengan banyak beribadah dan beramal, dengan harapan bahwa Tuhan akan menerima mereka. Akan tetapi, kita tahu bahwa hal itu ti-dak mungkin. Jika ada orang yang bisa diterima oleh Allah dengan usaha sendiri, Kristus tidak perlu mati disalib. Mereka perlu mendengar Injil ten-tang kasih karunia Kristus. Pikirkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk mereka! Bagaimana mereka bisa mendengar Injil? Bagi kita yang sudah percaya kepada Kristus, kita sering lupa bahwa Allah sudah menerima kita dan tidak ada yang bisa membuat Dia lebih mengasihi kita. Dengarlah kembali kalimat Rasul Paulus ini, “Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (3:3b). Yang perlu kita lakukan hanyalah terus hidup di dalam kasih itu, dengan iman kepada Kristus dan tuntunan Roh Kudus. [Pdt. Jeffrey Siauw]