Yosua 24
Di pasal terakhir kitab Yosua, kembali Yosua mengumpulkan semua orang Israel—termasuk para tua tua, para kepala, para hakim, dan para pemimpin pasukan—di Sikhem. Yosua mengingatkan akan kasih setia Allah yang telah menyertai orang Israel keluar dari Tanah Mesir dan selanjutnya membawa mereka ke tanah Kanaan. Selanjutnya, Yosua mengingatkan bahwa Allah telah memberikan tanah Kanaan kepada umat Israel seperti apa yang telah dijanjikan-Nya, sehingga semua suku Israel bisa mendapatkan milik pusaka mereka masing masing. Yosua juga mengingatkan bahwa dalam perjalanan keluar dari Tanah Mesir menuju Tanah Kanaan, bangsa Israel mengalami begitu banyak tantangan, namun kekuatan Allah telah memberikan mereka kemenangan demi kemenangan. Garis besar sejarah janji dan penyertaan TUHAN kepada bangsa Israel itu merupakan landasan dalam memberi tantangan kepada umat Israel agar memiliki komitmen untuk setia beribadah kepada TUHAN. Terhadap tantangan tersebut, bangsa Israel berjanji untuk setia beribadah hanya kepada Tuhan, Allah Israel. Untuk memperkuat komitmen (tekad) umat Israel, Yosua mengikat perjanjian dengan orang Israel, menuliskan ketetapan dan peraturan dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil sebuah batu besar dan mendirikannya sebagai saksi (tanda peringatan). Komitmen untuk setia beribadah kepada Allah itu ditepati sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama daripada Yosua. Kesetiaan yang dituntut Allah dari anak-anak-Nya adalah kesetiaan seumur hidup. Tidak mudah untuk bisa tetap setia kepada Allah. Untuk bisa tetap setia kepada Allah, kita perlu memiliki komitmen (tekad) yang kuat. Supaya kita bisa mempertahankan komitmen kita, kita perlu selalu mengingat kasih setia dan kebaikan TUHAN. Kita perlu selalu mengingat pertolongan yang pernah diberikan-Nya terhadap diri kita. Kita perlu secara berkala memperbarui tekad kita untuk setia kepada-Nya. Kita memerlukan simbol-simbol yang bisa dilihat ulang (tanda salib, tulisan/catatan, dan sebagainya) agar kita bisa mengingat tekad kita untuk setia kepada-Nya. Kita juga memerlukan sebuah komunitas yang akan segera mengingatkan kita bila kita salah jalan dan mulai meninggalkan TUHAN. Apakah Anda juga telah memiliki komitmen (tekad) untuk setia kepada Tuhan? [GI Mathindas Wenas/GI Purnama]