Yosua 16::1-18:10
Sikap bani Yusuf (suku Manasye dan suku Efraim) dalam pasal 17 kontras (sangat berbeda) dengan sikap Kaleb dalam pasal 14. Dia tidak gentar menghadapi orang-orang Enak (14:12-15) yang tubuhnya besar-besar (karena orang-orang Enak itu termasuk keturunan raksasa), sedangkan bani Yusuf nampak gentar menghadapi medan yang sulit (mereka harus membuka hutan) dan musuh yang nampak kuat (memiliki kereta besi, 17:15-18). Alasan permintaan mereka kepada Yosua pun berbeda: Kaleb menuntut pemenuhan janji Allah kepada dirinya (14:9-12), sedangkan bani Yusuf merasa bahwa bagian tanah yang diberikan kepada mereka terlalu sedikit, sehingga mereka meminta warisan tanah yang lebih luas. Sayangnya, bani Yusuf menghendaki agar warisan yang diperuntukkan bagi mereka adalah wilayah yang dapat direbut dengan mudah (17:16). Perbedaan sikap di atas disebabkan karena Kaleb memiliki iman yang luar biasa. Mata Kaleb tertuju kepada Allah yang Mahakuasa dan yang menyertai dia, sehingga ia merasa sanggup (tidak merasa takut) menghadapi segala bahaya dan tantangan. Sebaliknya, mata bani Yusuf tertuju kepada kekuatan musuh yang besar dan dilengkapi dengan kereta besi, sehingga mereka merasa takut dan kuatir. Mereka lupa bahwa mereka adalah bangsa yang besar yang memiliki Allah yang telah melakukan banyak hal yang besar bagi mereka. Jelaslah bahwa bani Yusuf tidak berani memercayai kekuatan Allah saat harus menghadapi tantangan yang menghadang. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa bila kita hanya memperhatikan kelemahan diri kita sendiri, kita akan melihat semua masalah dan tantangan yang menghadang dalam kehidupan kita sebagai masalah besar yang tidak akan sanggup kita hadapi. Akan tetapi, bila kita mengandalkan Tuhan, tidak ada masalah atau tantangan yang terlalu besar. Kita harus senantiasa mengingat perbuatan Tuhan di masa lalu dalam kehidupan kita agar kita bisa tetap memiliki pandangan yang dilandasi oleh iman saat menghadapi masalah apa pun. Dari satu sisi, kita perlu menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita ini lemah (Yohanes 15:5). Dari sisi lain, kita harus percaya kepada TUHAN dengan segenap hati dan tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri (Amsal 3:5). Kita harus memandang setiap masalah dengan kacamata iman! [GI Mathindas Wenas]