Teguran, Menolong

Markus 6:14-29

Usia, status, posisi, prestasi, reputasi, jasa, kapasitas (kemampuan) merupakan atribut (ciri) yang melekat pada diri manusia. Atribut-atribut ini seringkali menentukan harga diri manusia. Jika tidak dikuduskan, harga diri hanya akan membuatnya anti dan merasa diri imun (kebal) terhadap masukan, kritikan, apalagi teguran. Padahal, tidak ada manusia yang sempurna. Siapa pun orangnya, selalu ada yang bisa dikritik dan ditegur. Faktanya, kritikan dan teguran yang positif—bahkan termasuk yang negatif pun—jika diterima secara sehat akan membuat seseorang menjadi lebih baik.
Yohanes Pembaptis menegur Herodes sehubungan dengan tindakan asusilanya karena mengambil Herodias, istri Filipus—saudaranya—menjadi istrinya sendiri. Tegoran Yohanes sebenarnya menggantikan suara hati nurani Herodes sendiri yang telah dia bungkam secara paksa. Perasaan lebih dari sisi usia, status, posisi, reputasi, jasa, dan kapasitas membuat Herodes menolak dan mengabaikan teguran Yohanes. Hasrat atau—lebih tepat—hawa nafsulah penyebab utama penolakan Herodes. Sebenarnya, terjadi konflik batin yang besar dalam diri Herodes. Di satu sisi, dia memenjarakan Yohanes karena ia tidak suka ditegur. Di sisi lain, ia sadar bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, sehingga Herodes melindunginya. Setiap kali mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Yohanes benar, tetapi sisi gelap dalam dirinya membuat ia mengeraskan hati. Herodes gagal ‘memanfaatkan’ teguran Yohanes untuk mengikis kebebalan hatinya sendiri. Herodes pertama-tama membiarkan hasratnya menguasai dirinya (bandingkan dengan Yakobus 1:14-15). Selanjutnya, Herodes membiarkan statusnya sebagai Penguasa dimanfaatkan Herodias untuk membunuh Yohanes.
Jangan bersikap anti teguran, khususnya teguran yang positif! Ambillah hal positif dalam teguran itu. Dengarkan pesan dalam teguran itu. Jangan-jangan Tuhan sedang berusaha menyampaikan sesuatu melalui orang lain! Bawalah hati Anda ke depan cermin. Perhatikan reaksi hati Anda saat menerima dan menanggapi teguran. Apakah Anda marah? Apakah Anda ingin membalas? Respons yang dilandasi oleh kemarahan dan keinginan membalas adalah respons yang buruk. Orang yang dewasa secara rohani akan menguji diri dengan memandang teguran sebagai alat ukur bagi kesehatan hatinya sendiri. [GI Mario Novanno]