Memercayai Allah di Tengah Bencana

Yesaya 7

Ahas adalah raja Yehuda yang jahat. Dia membangun patung-patung tuangan untuk para Baal, bahkan meniru kebiasaan keji bangsa kafir dengan mempersembahkan anak-anaknya sendiri sebagai korban dalam api (2 Raja-raja 16:2-3; 2 Tawarikh 28:1-3). Kejahatan Raja Ahas sudah melampaui batas sehingga Tuhan membiarkan bangsa Yehuda dikalah-kan oleh Pekah bin Remalya, raja Israel Utara, dan oleh Rezin, raja Aram (2 Tawarikh 28:5-6). Akan tetapi, saat kedua raja tersebut berkoalisi untuk menggulingkan pemerintahan keturunan Raja Daud, Tuhan meng-gagalkan rencana itu. Sekalipun demikian, serangan mereka membuat Ahas dan rakyat Yehuda gemetar ketakutan. Allah tidak berkenan pada munculnya rasa ketakutan itu. Walaupun Allah membiarkan bangsa Yehuda dikalahkan oleh koalisi antara Israel Utara dan Aram, Ia tidak menghendaki mereka bertindak terlalu jauh dengan memutus jalur pemerintahan keturunan Raja Daud. Oleh karena itu, Tuhan mengutus Nabi Yesaya untuk menemui Raja Ahas dan menguatkan hati Raja Ahas dengan janji bahwa Tuhan akan menggagalkan serangan koalisi itu. Melalui mulut Nabi Yesaya, Allah menegaskan, “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” (Yesaya 7:9).

Kita perlu sadar bahwa inti tuntutan Allah adalah agar kita memercayai dan menaati Dia. Walaupun kejahatan Raja Ahas telah mendatangkan hukuman Allah, seharusnya Raja Ahas dan seluruh rakyat Yehuda datang memohon pengampunan Allah, bukan menjauhi Allah. Allah tetap mengasihi umat-Nya walaupun umat–Nya telah tersesat di bawah kepemimpinan Raja Ahas. Kekalahan saat menghadapi musuh pun merupakan wujud kasih Allah, karena kekalahan itu dimaksudkan agar umat Tuhan bertobat dan kembali kepada Allah. Pada zaman ini, Allah membiarkan seluruh dunia menjerit karena serangan wabah Covid-19. Akan tetapi, kondisi sulit yang kita hadapi saat ini tidak berarti bahwa Allah sudah tidak memedulikan kita. Seharusnya, kondisi sulit saat ini harus kita pandang sebagai kesempatan untuk melakukan introspeksi diri, dan sudah sepatutnya bila kita terus berusaha memperbaiki diri. Wabah Covid-19 seharusnya membuat kita lebih menghargai kesehatan, kebersamaan, pekerjaan, serta setiap kesempatan yang Allah berikan kepada kita. Apakah wabah ini telah membuat Anda menjadi lebih taat dan lebih memercayai Dia? [P]