Bacaan Alkitab hari ini:
1 Korintus 3:1-9
Jika di renungan sebelumnya, Rasul Paulus membandingkan orang percaya—sebagai manusia yang rohani (matang)—dengan orang yang tidak percaya, maka di bagian ini, Rasul Paulus membandingkan sesama orang percaya. Ada orang percaya yang dewasa secara rohani, namun ada pula orang percaya yang duniawi (bayi secara rohani). Apa yang membedakan manusia rohani dengan manusia duniawi? Rasul Paulus menyebut manusia duniawi sebagai sarkikoi, yang artinya adalah manusia yang dikuasai oleh daging atau hawa nafsu. Yang paling dominan dalam kehidupan seorang manusia duniawi adalah kepuasan daging atau nafsu. Memuaskan kedagingan atau hawa nafsu tidak hanya berarti melakukan hal-hal yang amoral, tetapi bisa juga diungkapkan dengan melakukan hal-hal sederhana seperti iri hati, perselisihan, amarah, perseteruan, kepentingan diri sendiri, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, yang semuanya itu merupakan perbuatan daging (bandingkan dengan Galatia 5:19-21).
Orang-orang yang suka berselisih dan iri hati adalah mereka yang masih hidup dikuasai oleh kedagingan atau hawa nafsu (3:3). Mereka mementingkan diri sendiri, menganggap diri sendiri lebih berharga atau lebih penting daripada orang lain, iri hati saat melihat ada orang lain yang hidupnya kelihatan lebih menyenangkan atau yang melakukan hal-hal yang lebih baik daripada dirinya, termasuk dalam gereja dan di tengah pelayanan. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar berubah dan meninggalkan perselisihan dan iri hati yang keduanya merupakan perbuatan daging. Mereka harus bertumbuh dewasa dengan membuang kepentingan diri sendiri dan berfokus pada hal yang paling penting, yaitu pekerjaan yang dipercayakan Allah kepada mereka.
Pekerjaan pelayanan yang dipercayakan Allah berbeda-beda bagi setiap orang percaya. Ada yang diberi talenta lebih dan dipercayakan lebih banyak. Ada yang dipercayakan sedikit, namun semuanya penting untuk membangun gereja (3:5). Di balik semua kesuksesan pelayanan, Allah yang memberi pertumbuhan (3:6-8). Inilah hal yang paling penting: Orang-orang yang berhasil melakukan sesuatu jangan membanggakan diri dengan prestasi mereka. Orang-orang yang tidak turut ambil bagian dalam pelayanan tersebut jangan iri hati, karena bukan manusia yang memberi pertumbuhan, melainkan Tuhan. [GI Wirawaty Yaputri]