Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 25
Kehadiran Allah di atas Gunung Sinai membuat gunung itu menjadi kudus, dan kekudusan Allah membuat bangsa Israel dilarang mendekati gunung itu (bandingkan 24:2 dengan 19:11-16,21). Saat menerima sepuluh hukum dan berbagai peraturan lain (pasal 20-23), Musa disertai oleh Harun (19:24). Akan tetapi, setelah perjanjian disahkan dalam pasal 24, Harun tinggal bersama dengan bangsa Israel agar bisa menyelesaikan permasalahan yang muncul di antara bangsa Israel, sedangkan Musa kembali menghadap Allah dengan disertai oleh Yosua (24:13). Akan tetapi, mengingat bahwa apa yang disampaikan Allah kepada Musa tentang penyelewengan bangsa Israel belum dimengerti oleh Yosua (32:7-18), nampaknya Yosua ditinggalkan di satu tempat di kaki gunung atau di lereng gunung, dan hanya Musa sendirian yang diperkenankan untuk menghadap TUHAN di atas puncak Gunung Sinai. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memiliki derajat yang lebih tinggi daripada manusia, sehingga Allah harus dihargai. Allah tidak boleh diremehkan!
Penghargaan terhadap kekudusan Allah harus diwujudkan dalam ibadah, khususnya dalam persembahan kita kepada TUHAN. Perhatikan bahwa persembahan yang harus dipungut dari orang Israel untuk keperluan peribadatan—yaitu untuk membangun Kemah Suci dan membuat pakaian imam—adalah barang-barang yang berharga (emas, perak, tembaga, kain ungu tua, dan seterusnya, 25:1-7). Perhatikan pula bahwa persembahan ini merupakan persembahan sukarela (berdasarkan dorongan hati, 25:2), bukan persembahan yang dipaksakan. Dengan demikian, persembahan semacam ini hanya akan diberikan oleh orang-orang yang menghargai Allah! Ingatlah bahwa dalam perjalanan ke Tanah Perjanjian (Tanah Kanaan), orang Israel tidak mungkin bekerja untuk mengumpulkan kekayaan. Mereka hanya membawa barang-barang yang mereka kumpulkan saat masih tinggal di Gosyen (tempat tinggal bangsa Israel saat berada di Tanah Mesir) serta membawa barang-barang yang mereka minta dari orang-orang Mesir (11:2; 12:35). Oleh karena itu, jelas bahwa kesediaan memberi mencerminkan kesediaan berkorban. Bagi orang Kristen pada masa kini, kesediaan memberi yang terbaik secara sukarela masih tetap dituntut (2 Korintus 9:6-7). Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk menghargai TUHAN dengan mempersembahkan yang terbaik secara sukarela? [GI Purnama]