Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 22:21-27
Bagaimana reaksi Anda saat Anda berjumpa dengan seorang yang bernasib malang? Secara umum, ada tiga macam reaksi yang muncul saat seseorang bertemu dengan orang yang miskin atau bernasib malang, yaitu memandang rendah (bahkan bisa menindas karena merasa berkuasa), tidak peduli, atau merasa kasihan (sehingga berniat menolong). Ketiga macam reaksi ini ditentukan oleh hati kita, yaitu apakah kita mementingkan diri sendiri, kita takut dirugikan sehingga tidak mau berurusan dengan orang lain, atau kita memiliki hati yang berbelas kasihan saat melihat sesama yang menderita. Pada zaman dahulu, umumnya, orang asing, janda, dan anak yatim adalah orang-orang yang merupakan pihak yang lemah serta mudah mengalami penindasan. Akan tetapi, Allah menghendaki agar bangsa Israel tidak bersikap menindas terhadap orang yang posisinya lemah. Mereka diminta Tuhan untuk mengembangkan sikap empati (ikut merasakan perasaan orang lain) dengan mengingat bahwa mereka pernah berada dalam posisi sebagai pendatang yang ditindas di Tanah Mesir. Sikap empati seperti ini akan menghindarkan bangsa Israel dari sikap menindas orang yang lemah.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus memberikan nasihat, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7:12). Nasihat ini berlaku bagi kita semua. Saat kita menjalin relasi dengan orang lain, kita tidak boleh mementingkan diri sendiri, melainkan kita harus memikirkan kepentingan orang lain. Sebagaimana kita berharap bahwa orang lain akan menolong kita saat kita berada dalam posisi lemah dan tertindas, demikian pula kita harus bersikap terhadap orang yang memerlukan pertolongan. Tanggung jawab menolong orang lain inilah yang membuat gereja selalu memiliki bidang diakonia yang mengkhususkan diri untuk melayani orang yang memerlukan bantuan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tanggung jawab menolong orang lain bukan hanya merupakan tanggung jawab gereja, melainkan juga merupakan tanggung jawab pribadi. Kita harus mengembangkan kepedulian dan sikap berbelas kasihan. Sebagaimana Allah telah mengasihi kita ketika kita masih berdosa (Roma 5:8), demikian pula kita harus mengembangkan rasa belas kasihan tanpa syarat kepada orang-orang yang sedang mengalami penderitaan. [GI Purnama]