Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 20:17 (Hukum Kesepuluh)
Dari zaman dahulu hingga saat ini, setiap manusia dikatakan bersalah apabila tindakan atau perkataannya didapati melanggar hukum yang berlaku. Misalnya, seseorang divonis bersalah sebagai pencuri apabila ia memang secara faktual terbukti melakukan tindakan mencuri benda yang menjadi hak milik orang lain. Seseorang dinyatakan telah melakukan perzinahan ketika dirinya terbukti melakukan hubungan badan dengan seseorang yang bukan pasangannya yang sah dalam pernikahan. Hukum kesepuluh merupakan teroboson bagi zaman itu, bahkan masih merupakan terobosan sampai sekarang, karena hukum kesepuluh ini bukan hanya mengatur apa yang dapat dilihat, tetapi juga mengatur apa yang ada di dalam pikiran dan hati. Standar Sepuluh Hukum dari Allah lebih tinggi daripada standar moral lain yang ada dalam dunia, karena Allah dapat menyelidiki dan menilai hati setiap orang, sampai bagian yang terdalam (1 Samuel 16:7).
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, manusia memang hanya bisa mengkaji dan menilai perilaku serta perkataan yang teramati oleh panca indera. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki dan melakukan verifikasi terhadap apa saja yang berada dalam batin seseorang. Hukum maupun konsekuensi sosial hanya bisa berperan terhadap tindakan yang nyata dan ucapan yang terdengar. Oleh karena itu, manusia masih bisa melakukan, mengatakan, mengekspresikan, dan menuliskan segala sesuatu yang sebetulnya berbeda dengan sistem nilai dalam dirinya, pikirannya, asumsinya, serta keyakinannya. Melalui teguran Kristus kepada para pemimpin Yahudi, kita mengetahui bahwa Kristus mencela dengan keras sikap orang-orang yang mementingkan perilaku luar yang positif, namun menyembunyikan banyak hal yang tidak benar dalam hati dan pikiran (Matius 23:25-28). Allah menghendaki kebenaran yang utuh dari umat-Nya. Allah menuntut integritas (kesatuan pikiran, hati, perkataan, dan tindakan).
Setiap pengikut Kristus hendaknya menjaga hati dengan kewaspadaan yang tinggi (Amsal 4:23). Firman Tuhan menyerukan agar kita mengusahakan supaya pikiran kita sepenuhnya tunduk kepada firman Tuhan (2 Korintus 10:5). Kiranya Allah menolong agar hati kita menjadi kudus, sehingga kita bisa berpikir secara benar (Mazmur 51:12). [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]