Suksesi Kepemimpinan Israel (1)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 47

Dalam kisah-kisah sejarah segala bangsa di dunia, ada peristiwa yang sangat ditakuti dan sangat menarik perhatian, yaitu terjadinya suksesi atau proses pergantian kepemimpinan. Sangat sering terjadi bahwa proses pergantian kepemimpinan tidak berjalan mulus sehingga mengakibatkan pertumpahan darah sesama anak bangsa. Peristiwa Mei 1998 merupakan contoh kelam yang sangat menakutkan dalam sejarah bangsa Indonesia. Namun, bagaimana dengan bangsa Israel?

Kitab Kejadian pasal 47 secara khusus memperlihatkan berakhirnya era kepemimpinan Yakub sebagai Bapak bangsa Israel dan naiknya Yusuf sebagai pemimpin baru mereka. Mulai saat itu, Israel sudah bukan merupakan suatu keluarga kecil, namun mereka mulai menjadi cikal-bakal bangsa pilihan Tuhan. Yakub digambarkan sudah sangat tua dan sedang menyongsong kematiannya. Siapakah yang akan menggantikan posisi Yakub? Apakah Ruben (sang anak sulung) atau Yehuda (sang anak berandal yang telah menunjukkan potensi kepemimpinannya di pasal 43-44) atau Yusuf (sang anak kesayangan yang sedang berada dalam posisi kuat sebagai penguasa Mesir)?

Andaikan kisah ini adalah kisah bangsa-bangsa bukan Israel, niscaya akhir kisah ini adalah pertumpahan darah! Namun, hal ini tidak terjadi. Dalam sejarah Israel, jelas terlihat bahwa pemegang tampuk kekuasaan tertinggi adalah Tuhan Allah sendiri—bukan manusia—dan Tuhan telah menetapkan Yusuf sebagai penerus kepemimpinan Israel. Penempatan Yusuf sebagai “raja” yang memimpin Israel ini ditunjukkan melalui kepiawaiannya memikirkan dan memutuskan hal-hal besar. Namun, semua itu bukanlah karena kualitas atau kemampuan Yusuf, melainkan karena Tuhan berkarya melalui dirinya.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Pertama, kita harus mengakui bahwa tangan Tuhan yang memampukan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Tanpa penyertaan Tuhan, kita tidak berarti apa-apa.

Kedua, menjadi pemimpin berarti tunduk kepada Tuhan. Mengapa Yusuf yang dipilih? Kemungkinan besar, Yusuf dipilih karena ia mau tunduk kepada Tuhan! Tanpa ketundukan dan ketaatan kepada Tuhan, niscaya kita akan menggali lubang kejatuhan kita sendiri. Bila kita bersedia untuk senantiasa taat, Tuhan leluasa berkarya dalam hidup kita. Soli Deo Gloria![Sung]