Bacaan Alkitab hari ini:
Kejadian 45
Apakah ciri keluarga yang relasinya sehat? Jawabannya tentu saja bisa beraneka ragam, namun tidak ada yang berani membantah jikalau disebutkan bahwa salah satu cirinya adalah adanya semangat rekonsiliasi (pemulihan hubungan) di dalam keluarga tersebut. Sebagai manusia biasa yang penuh kelemahan, tentu saja setiap anggota keluarga bisa khilaf dan itu adalah hal yang manusiawi. Namun belum tentu semua keluarga memiliki semangat rekonsiliasi karena dibutuhkan kebesaran hati dan keberanian untuk membuka komunikasi.
Demikianlah isi pasal 45 yang menceritakan kebesaran hati Yusuf untuk melakukan rekonsiliasi terhadap para abangnya yang dahulu telah berlaku jahat kepadanya. Kebesaran hati Yusuf tampak jelas saat ia sama sekali tidak mengungkit semua kesalahan mereka, padahal ia sangat berhak untuk marah. Sebaliknya, dengan restu Firaun, Yusuf segera mengirimkan armada yang megah untuk menjemput seluruh rombongan keluarga Yakub untuk datang ke Mesir.
Apakah yang membuat Yusuf mampu melakukan hal tersebut? Pertama, Yusuf sangat menyadari bahwa semua yang telah menimpa dirinya terjadi atas seizin Tuhan. Memang, para abangnya telah melakukan tindakan keji atas dirinya, bahkan menjualnya sebagai budak. Namun, tanpa izin Tuhan, tindakan keji itu tidak akan terjadi. Jika Tuhan mengizinkan hal itu terjadi, Yusuf meyakini bahwa Tuhan pasti akan menyertai. Kedua, Yusuf menyadari bahwa semua hal yang menimpa dirinya pastilah sejalan dengan maksud dan rencana Tuhan yang jauh lebih indah. Bahkan, Tuhan dapat mengerjakan hal-hal yang luar biasa di dalam kondisi terburuk. Melalui keberadaannya di Mesir, Yusuf justru dapat menyelamatkan banyak orang dari ancaman kelaparan yang hebat. Bukan hanya itu, keberadaan Yusuf merupakan tangan Tuhan untuk menyelamatkan dan memelihara keluarga Israel sebagai umat pilihan-Nya!
Jikalau pada saat ini kita sedang mengalami pertikaian di dalam keluarga karena ada perlakuan yang tidak pantas, marilah kita berekonsiliasi dengan memegang dua buah prinsip, yaitu bahwa semua hal yang terjadi atas diri kita adalah terjadi atas seizin Tuhan, dan bahwa hal-hal buruk atau hal-hal yang tidak menyenangkan yang kita alami bisa dipakai Tuhan menjadi kebaikan bagi diri kita. [Sung]