Bacaan Alkitab hari ini:
Kejadian 25:19-34
Kita telah membahas mengenai akibat dari ketidaksetiaan Abraham pada perkara rumah tangganya di paruh pertama pasal 25 ini, yaitu bahwa ketidaksetiaan dalam hal yang nampak kecil dan sepele (menurut pandangan masyarakat pada saat itu), ketika dibiarkan, bisa membawa dampak besar di kemudian hari. Rupanya Ishak, anak Abraham, juga tidak menyadari bahwa masalah kecil bisa berdampak besar.
Masalah dalam keluarga Ishak muncul dari kegalauan hati Ishak dan istrinya yang merindukan kehadiran anak—kondisi seperti ini sama persis dengan kondisi Abraham dan Sara yang juga merindukan kehadiran anak. Bedanya, bila Abraham kemudian mengambil perempuan asing (Hagar, dan selanjutnya—sesudah Sara mati—juga Ketura) sebagai istri, Ishak tidak. Ishak bertindak secara positif, yaitu berdoa memohon TUHAN memberikan keturunan. Tindakan berdoa yang menunjukkan bahwa Ishak mengandalkan TUHAN ini direspons TUHAN dengan membuat Ribka mengandung anak kembar. Namun, ternyata kemudian muncul persoalan: Sejak dalam kandungan, kedua anak kembar yang dikandung Ribka sudah saling bertolak-tolakan di dalam rahim. TUHAN berfirman bahwa kedua anak itu kelak akan saling bersaing dan keturunannya akan saling berseteru (25:22-23). Lantas, apa yang diperbuat oleh Ishak?
Ishak dan Ribka mempercepat permusuhan di antara anak-anak mereka melalui sikap pilih kasih (25:28). Dengan kata lain, permusuhan antara Yakub dan Esau berkembang karena teladan buruk yang ditularkan oleh kedua orang tua mereka sendiri! Ketidakseimbangan perlakuan terhadap anak (sikap pilih kasih) adalah bentuk ketidaksetiaan pada TUHAN, karena TUHAN menghendaki agar keberadaan keluarga orang beriman dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain yang tidak mengenal Dia! Peristiwa Yakub memeras Esau agar menjual hak kesulungannya (25:29-34) hanyalah kepanjangan dari masalah hubungan Ishak dan Ribka yang akan disoroti lebih mendalam di pasal berikutnya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa ketidakpekaan Ishak dan Ribka terhadap peringatan Allah membuat mereka tidak membesarkan anak-anak mereka sesuai dengan kehendak Allah. Walaupun sikap pilih kasih nampak seperti masalah sepele yang lumrah terdapat dalam sebuah keluarga, masalah ini bisa memicu munculnya masalah lain yang lebih besar. Jangan tiru kesalahan mereka! [Sung]