Bacaan Alkitab hari ini:
Ayub 40-41
Dalam bacaan Alkitab hari ini, TUHAN memperlihatkan betapa lemahnya Ayub bila dibandingkan dengan dua makhluk ciptaan Allah, yaitu Behemot (40:10-19, dalam Alkitab Terjemahan Baru diterjemahkan sebagai “kuda Nil”) dan Lewiatan (40:20-41:25, dalam Alkitab Terjemahan Baru diterjemahkan sebagai “buaya”). Karena “kuda Nil” hidup di Mesir, bukan di Palestina, maka terjemahan “Behemot” sebagai “kuda Nil” ini meragukan. Ada ahli Perjanjian Lama yang beranggapan bahwa Behemot ini adalah makhluk dongeng yang menunjuk kepada makhluk perkasa yang hidup di darat, sedangkan Lewiatan merupakan makhluk dongeng yang menunjuk kepada makhluk perkasa yang hidup di air. Kedua makhluk perkasa (mewakili monster darat dan monster air) yang menakutkan itu adalah makhluk ciptaan Allah. Bila dibandingkan kedua makhluk itu, Ayub (manusia) secara fisik merupakan makhluk yang sangat lemah. Oleh karena itu, keberanian Ayub beranggapan bahwa Allah bersalah karena membiarkan dirinya menderita merupakan perbuatan yang keterlaluan dan tidak tahu diri.
Sebagai manusia, kita perlu menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan Allah, kita tidak sederajat dengan Allah. Sudah sepantasnya bila kita tunduk dan taat kepada Allah tanpa membantah. Sikap Ayub yang hendak membantah Allah merupakan sikap yang tidak patut. Syukurlah bahwa Ayub tidak mengeraskan hatinya. Setelah Allah menyatakan diri-Nya kepada Ayub, Ayub berkata, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (42:5-6). Sayang bahwa ada banyak orang yang mengeraskan hati saat Allah menyatakan diri melalui firman-Nya. Orang yang tidak merasa puas dengan apa yang terjadi pada diriya—lalu menyalahkan Allah—adalah orang yang tidak tahu diri. Kita adalah ciptaan Allah dan Allah adalah Pencipta diri kita. Tidaklah patut bila kita protes kepada Allah atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda merasa bahwa diri Anda kaya, pandai, popular, dan dihormati, bahkan ditakuti oleh banyak orang, sehingga Anda beranggapan bahwa Allah pun harus menghargai diri Anda? Anda salah! Anda tidak berhak menggugat Allah karena Anda hanyalah makhluk ciptaan, sedangkan Allah adalah Sang Pencipta! [P]