Raja Yang Diurapi Tuhan

Mazmur 2

Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan bahwa orang yang akan dipakai Tuhan pada umumnya diurapi dengan minyak. Pengurapan atas para imam, para nabi dan para raja merupakan simbol pemilihan dan pengudusan mereka untuk melayani Allah (bandingkan dengan Imamat 8:10-13; 1 Samuel 9-10; 16:1-13; 1 Raja-raja 19:16; Mazmur 105:15). Dalam Mazmur 2, terdapat rujukan terhadap “yang diurapi Tuhan” (2:2). Dari ayat-ayat selanjutnya, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud adalah raja Israel (2:6).

Dari permulaan Mazmur ini, kita bisa menemukan adanya penolakan terhadap kepemimpinan dari raja yang diurapi Tuhan (2:1-3). Penolakan ini tidak main-main karena yang menolak pemerintahan sang raja adalah bangsa-bangsa, raja-raja dunia, dan para pembesar. Raja yang diurapi adalah pelayan Allah. Oleh karena itu, perlawanan pada dirinya adalah bentuk perlawanan kepada Tuhan. Namun, Tuhan adalah Allah yang mahakuasa dan berdaulat. Tidak ada yang dapat melawan ketetapan dan kuasa-Nya (ay. 4-9). Perlawanan kepada Tuhan dan raja yang diurapi-Nya akan berakhir dengan kehancuran dan kebinasaan (2:9). Oleh karena itu, respons yang tepat semestinya adalah menundukkan diri dan menghormati Allah, yang dalam hal ini diwakili oleh raja yang diurapi-Nya (2:10-12). Jelas bahwa ketundukan pada raja yang diurapi ini memprasyaratkan bahwa sang raja sendiri adalah raja yang adil, benar, dan hidup dalam ketaatan pada hukum Tuhan (bandingkan dengan Ulangan 17:14-20).

Selanjutnya, penting bagi kita untuk mencermati bahwa kata Ibrani untuk istilah “yang diurapi” adalah “Mesias”, sedangkan kata Yunaninya adalah “Kristus.” Tidaklah mengherankan bahwa dalam Perjanjian Baru, para rasul beranggapan bahwa Mazmur 2 ini membicarakan Yesus Kristus sebagai sosok Raja yang diurapi Tuhan (Kisah Para Rasul 4:25-26; 13:33; Ibrani 1:5). Yesus Kristus adalah Raja yang adil dan benar, yang ditetapkan Allah untuk memerintah dan menghakimi umat-Nya. Kita hanya mempunyai dua pilihan, yaitu menundukkan diri kepada Yesus Kristus atau menolak Dia. Agar kita bisa memiliki kehidupan yang bercirikan damai sejahtera dan sukacita, kita harus menundukkan diri di hadapan Yesus Kristus. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya! [GI Williem Ferdinandus]