Jangan Mengalah Terhadap Penyesat!

2 Korintus 11:16-33

Rasul Paulus bisa bersikap lembut, tetapi bisa bersikap keras juga. Terhadap anggota jemaat yang telah bertobat dan menyesali dosanya, dia bersikap lembut dan menghibur. Ia tidak menghendaki bahwa orang yang telah bertobat terus tenggelam dalam penyesalan dan kesedihan yang tidak berujung. Oleh karena itu, supaya orang yang telah bertobat tidak terus bersedih, sikap Rasul Paulus adalah menghibur (bandingkan dengan 2:7). Akan tetapi, dia benar-benar merasa kesal dan sulit bersabar saat menghadapi guru-guru palsu yang telah menyesatkan jemaat yang dilayaninya. Perkataan “karena kamu begitu bijaksa-na” (11:19) adalah sindiran yang mengungkapkan kekesalan hati Rasul Paulus terhadap sikap jemaat Korintus yang terlalu lunak terhadap para pengajar sesat. Dalam keadaan biasa, dia selalu bersikap rendah hati. Akan tetapi, saat menghadapi ajaran sesat yang hendak menghancurkan pelayanannya, kesabarannya habis. Rasul Paulus tidak akan meng-ucapkan perkataan yang bisa ditafsirkan sebagai tindakan menyombong-kan diri seandainya jemaat Korintus tidak sedang terancam oleh ajaran sesat. Karena sikap para pengajar sesat yang meninggikan dirinya sendiri itu amat mempesona dan membuat jemaat meremehkan pengajaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus, Rasul Paulus terpaksa meng-ungkapkan kelebihan dirinya agar jemaat tidak terus terpesona terhadap ajaran sesat dan memperhatikan pengajarannya. Dari sisi latar belakang keturunan, pengabdian, pengorbanan, dan pelayanan, Rasul Paulus tidak kalah—bahkan sebenarnya melampaui—para guru palsu itu (11:5-13, 21-33).

Bila Anda beranggapan bahwa Anda telah berusaha melayani dengan baik, tetapi Anda mengalami respons yang mengecewakan, Anda merasa tidak dihargai, renungkanlah ungkapan isi hati Rasul Paulus dalam pasal 11 ini. Siapakah di antara kita yang—karena kesetiaan memberitakan Injil—harus mengalami keadaan dipenjarakan, dipukuli, dicambuk, serta menghadapi ancaman bahaya maut yang datang dari bencana alam dan dari perampok? Bukankah tantangan yang dialami oleh orang-orang Kristen pada umumnya belum seberat yang dialami oleh Rasul Paulus? Dalam melayani, walaupun kita harus bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang menyesali dosanya, kita tidak perlu ragu untuk bersikap keras terhadap para penyesat! [GI Purnama]