Gema

Pendukung Keteladanan

Bacaan Alkitab hari ini : 1 Tesalonika 4

Ada dua hal utama yang diperlukan untuk mendukung keteladanan jemaat: Pertama, kekudusan hidup (4:1-8). Kudus berarti terpisah. Hidup yang kudus adalah hidup yang terpisah dari dosa dan dipersembahkan untuk melakukan kehendak Allah. Salah satu wujud kekudusan hidup adalah menjauhi percabulan. Orang yang tidak sanggup menjauhi percabulan tidak akan bisa menjadi teladan bagi orang lain. Perhatikan bahwa banyak pemimpin dunia yang kehilangan wibawa atau pengaruh karena tidak bisa mengekang hawa nafsunya. Untuk bisa menguasai hawa nafsu, salah satu hal yang bisa dilakukan janganlah kita membiarkan pikiran kita menjadi liar, melainkan kita harus membentuk pemikiran bahwa lawan jenis kita adalah saudara kita yang harus kita kasihi, bukan objek pelampiasan hawa nafsu kita (4:9-10). 

Kedua, pengharapan akan kehidupan sesudah kematian (4:13-18). Karena kebangkitan Tuhan Yesus membuktikan bahwa Dia telah mengalahkan kematian, maka orang yang mati dalam Tuhan memiliki pengharapan yang melampaui kematian. Pengharapan akan kebangkitan sesudah kematian akan menguatkan kita untuk tidak menggadaikan kekudusan hidup kita hanya untuk menikmati kesenangan sesaat. Karena ada kebangkitan orang mati, maka manfaat perjuangan kita untuk melakukan kehendak Allah tidak akan berakhir di lubang kubur. Kebangkitan sesudah kematian adalah kebangkitan menuju kekekalan. Hidup ini amat singkat bila dibandingkan dengan kekekalan. Oleh karena itu, kesempatan hidup yang singkat ini harus dipergunakan untuk mempersiapkan kehidupan di dalam kekekalan. Apakah menjaga kekudusan dan pengharapan telah menjadi prioritas dalam hidup Anda? [P]

“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara,
bahwa kamu tidak mengetahui tentang mer eka yang meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain
yang tidak mempunyai pengharapan.”
1 Tesalonika 4:13

Membina Jemaat Teladan (2)

Bacaan Alkitab hari ini : 1 Tesalonika 3

Kunci kesuksesan pelayanan Rasul Paulus adalah adanya kepedulian. Bagi Rasul Paulus, pelayanan bukan hanya berarti menabur firman, melainkan juga menumbuhkan dan memelihara iman. Untuk bisa menumbuhkan dan memelihara iman, dia membagikan hidupnya sendiri (2:8) dalam wujud keteladanan (2:9-10) dan kepedulian (2:11-13). Rasul Paulus selalu memikirkan orang lain, khususnya orang-orang yang pernah dia layani. Saat dia melayani di Tesalonika, orang-orang Yahudi yang merasa iri melihat kesuksesan pelayanan Rasul Paulus menghasut para preman sehingga ia akhirnya melanjutkan perjalanan PI ke kota Berea. Kesuksesan pelayanan Rasul Paulus di Berea didengar oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika, sehingga mereka menyusul ke Berea dan menghasut massa, sehingga akhirnya Rasul Paulus meninggalkan Berea dan menuju ke Atena. Sekalipun menghadapi banyak tantangan, Rasul Paulus tetap memperhatikan kepentingan jemaat. Silas dan Timotius ditinggalkan di kota Berea untuk meneruskan pelayanannya. Setelah Timotius bergabung kembali dengan Rasul Paulus di Atena, Timotius diutus ke Tesalonika untuk meneguhkan iman jemaat di sana. Bagi Rasul Paulus, sumber penghiburan terbesar adalah bila jemaat teguh dalam iman (3:1-7; Kisah Para Rasul 17:13-15). 

Jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan bagi jemaat di sekitar mereka setelah melalui proses panjang yang menuntut keteladanan dan kepedulian. Kepedulian itulah yang membuat Rasul Paulus lebih mementingkan kepentingan jemaat daripada kepentingannya sendiri. Apakah para pemimpin dan aktivis di gereja Anda melayani dengan kepedulian, bukan hanya melayani sekedar untuk memenuhi tugas (kewajiban)? [P]

“Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita
bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang
masih kurang pada imanmu. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita,
dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.”
1 Tesalonika 3:10-11

Kejatuhan yang Mendalam

Bacaan Alkitab hari ini : Ratapan 4

Penulis mengungkapkan kesengsaraan Sion yang dahsyat dengan perkataan, “Ah, sungguh pudar emas itu, emas murni itu berubah, ....“ Kemegahan dan kemasyhuran Yerusalem di masa lalu—yang bagaikan emas—telah menjadi sangat menyedihkan. Bangunan kota telah runtuh dan umat Yehuda yang tersisa banyak yang hidup dalam kelaparan. Bayi-bayi ingin menyusu, anak-anak meminta roti, tetapi tidak ada seorang pun yang memberi. Kedurjanaan umat Yehuda telah melebihi dosa Sodom (4:6), “dengan tangan sendiri, kaum wanita yang (seharusnya) lemah lembut memasak kanak-kanak mereka, untuk makanan mereka ....” (4:10). Sungguh, keadaan sangat menyedihkan. Besarnya dosa mereka membuat Tuhan “melepaskan segenap amarah-Nya, mencurahkan murka-Nya yang menyala-nyala, ....” (4:11) 

Ternyata bahwa “Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah orang yang tidak bersalah. Mereka terhuyung-huyung seperti orang buta di jalan-jalan, cemar oleh darah, sehingga orang tak dapat menyentuh pakaian mereka.” (4:13-14). Akhirnya, Tuhan menceraiberaikan mereka dan para imam tidak lagi dihormati. Begitu dalam dosa yang telah dilakukan oleh umat Allah di Yerusalem. Imam yang sudah diurapi dan seharusnya menjadi penolong umat, ternyata jatuh ke dalam dosa yang begitu dalam. 

Seberapa dalamkah pengenalan Anda akan Tuhan? Seberapa dekatkah Anda dengan Tuhan? Ingatlah bahwa dosa selalu dapat menghampiri umat Tuhan, bahkan para pelayan Tuhan. Bila kita tidak waspada, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Bagaimana dengan Anda? [BS]

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora
dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi
dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh
ke atas dirimu seperti suatu jerat. ”
Lukas 21:34

Pengharapan di Tengah Penderitaan

Bacaan Alkitab hari ini : Ratapan 3

Penderitaan yang dilihat langsung penulis menimbulkan ratapan kepedihan yang mendalam, “Ia (Allah) menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya.” (3:2). “Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati.” (3:6). Sungguh, hukuman Allah berat. Tidak ada yang mendengar teriakan minta tolong (3:8), tidak ada jalan keluar, bahkan “Ia mengikat aku dengan rantai yang berat.” (3:7). Penulis menjadi tertawaan (ejekan) lawan sampai ia dikenyangkan dan diremukkan oleh kepahitan (3:14-15), seakan-akan Tuhan yang menyebabkan penderitaan. 

Di tengah penderitaan yang berat, penulis memiliki pengharapan pada kebaikan Allah. Ia meyakini bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan dan rahmat-Nya tak habis-habis (3:22), bahkan dengan iman dia bisa berkata, “Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia (3:25). Oleh karena itu, “adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (3:26). Melihat adanya pengharapan dalam Tuhan, penulis mengajak pembaca menyelidiki apa yang telah mereka lakukan selama ini ... serta mengajak umat Allah untuk bertobat dan berpaling kepada Tuhan karena mereka telah mendurhaka dan memberontak kepada Allah (3:40-42). 

Mereka menanggung akibat dosa yang mereka lakukan. Air mata mereka bercucuran. Akan tetapi, di tengah kesedihan, timbul kepercayaan pada keadilan Allah, bahkan mereka mulai sadar bahwa Tuhan dekat saat mereka memanggil nama-Nya (3:43-60). Apakah Anda sedang mengalami penderitaan dan kesedihan? Bila Anda sedang mengalami penderitaan dan kesedihan, berharaplah kepada Allah karena kasih setia-Nya tetap tersedia bagi orang yang berharap kepada-Nya! [BS]

“Tuhan adalah baik bagi orang yang ber harap kepada-Nya,
bagi jiwa yang mencari Dia.”
Ratapan 3:25

Kehancuran yang Mengerikan

Bacaan Alkitab hari ini : Ratapan 2

Penulis menyaksikan betapa besarnya murka Allah terhadap kota Yerusalem. Bahkan, Tuhan menjadi seperti seorang seteru (2:4). Ia menghancurkan Israel, membuat benteng-bentengnya menjadi puing (2:5), membenamkan gapura-gapuranya di dalam tanah (2:9), … bahkan Tuhan membuang mezbah-Nya, meninggalkan tempat kudus-Nya dan menyerahkan ke dalam tangan para seteru (2:7). Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya (2:8). Tiada lagi keagungannya, bahkan dikatakan “keagungan Yerusalem dilemparkan-Nya dari langit ke bumi (2:1). Demikian murka Allah terhadap kota Sion atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan selama ini. 

Melihat begitu besarnya kehancuran yang terjadi, mereka duduk tertegun di tanah dengan menabur abu di atas kepala dan mengenakan kain kabung tanda dukacita yang mendalam (2:10). Penulis mengatakan, “Mataku kusam dengan air mata, remuk redam hatiku, hancur habis hatiku karena keruntuhan ...,” bahkan situasi mengerikan akibat kelaparan (2:11-12). Di tengah dukacita yang mendalam, para musuh menghina dengan mengatakan bahwa mereka telah memusnahkan “kota yang disebut orang kota yang paling indah, kesukaan dunia semesta“ (2:15-16). 

Saat berada dalam kepedihan yang sangat mendalam, penulis mengajak pembaca menaikkan permohonan kepada Allah, “Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai puteri Sion, cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam; ... curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, ...!“ (2:18-19). Saat hidup Anda hancur dan Anda mengalami rasa sedih yang mendalam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda datang kepada Tuhan dan menanti pertolongan-Nya? [BS]

“Sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengahtengahmu,
supaya jangan bangkit murka Tuhan, Allahmu, ter hadap
engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi.”
Ulangan 6:15

Dosa yang Menghancurkan

Bacaan Alkitab hari ini : Ratapan 1

Kitab Ratapan dimulai dengan suatu ungkapan yang begitu memilukan, “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai!“ (1:1). Kota Yerusalem (yang juga disebut “Sion”) adalah ibu kota Kerajaan Israel (saat masih bersatu), dan kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Yehuda di sebelah Selatan (setelah Kerajaan Israel pecah menjadi dua kerajaan). Saat memerintah sebagai raja, Salomo membangun Bait Suci di kota itu, sehingga Yerusalem menjadi pusat keagamaan. Sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan, jelas bahwa kota Yerusalem amat ramai. Akan tetapi, Allah membiarkan kota yang penuh kemegahan dan Bait Allah di dalamnya hancur akibat serangan tentara Babel pada tahun 586 BC (2 Raja-raja 25:1-11), sehingga kota itu diliputi oleh dukacita yang mendalam (1:4,6). 

Mengapa Allah membiarkan Yerusalem hancur? Yerusalem hancur karena “Yerusalem sangat berdosa” , bahkan “kenajisannya melekat pada ujung kainnya” dan ”sangatlah dalam ia jatuh … “ (1:8-9). Dosa yang mereka lakukan amat menyakitkan hati Tuhan. Saat murka Allah yang besar datang, kota yang indah itu ditinggalkan orang, “Sion mengulurkan tangannya, tetapi tak ada orang yang menghiburnya“ (1:17). Begitu beratnya beban kesedihan penulis sampai akhirnya dia “berdoa” untuk suatu pembalasan, “Biarlah segala kejahatan mereka datang ke hadapan-Mu, dan perbuatlah kepada mereka seperti Engkau telah perbuat kepadaku oleh karena segala pelanggaranku, karena banyaklah keluh kesahku, dan pedih hatiku“ (1:22). Sebagai anak-anak Tuhan, sudahkah kita menjaga hidup kita agar tetap kudus di hadapan Tuhan? Jangan lengah dan jangan biarkan dosa menyelinap masuk dan akhirnya menghancurkan hidup Anda! [BS]

“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh ber diri,
hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”
1 Korintus 10:12