Ibadah yang sia-sia
Pengkhotbah 4:17-5:6
Dalam pembahasan tentang masalah ibadah (4:17-5:6), Pengkhotbah tidak menyebut tentang keadaan “di bawah matahari” dan “kesia-siaan” yang sebelumnya sering disebut. Apakah hal ini berarti bahwa ibadah adalah jawaban atas pencarian makna hidup? Sebagai umat Allah, ibadah memang merupakan kewajiban. Akan tetapi, pembahasan menyangkut ibadah ini diawali dengan perkataan, “Jagalah langkahmu, ....” (4:17) Ingatlah bahwa saat Allah memanggil Musa, Musa diminta untuk menanggalkan kasutnya. Hal ini menunjukan bahwa sikap hormat itu penting bila kita hendak menghadap hadirat Allah yang kudus.
Pengkhotbah mengingatkan bahwa mendengar lebih baik daripada mempersembahkan korban. Bila kita datang kepada Allah, kita harus mendengarkan Allah, bukan sebaliknya. Kita harus datang dengan ketetapan hati untuk menaati kehendak Allah. Tanpa kesediaan mendengar, kita bisa memberi persembahan dengan cara yang salah, yaitu seperti orang bodoh memberi persembahan dalam kebodohannya, yaitu memberi tanpa memedulikan kehendak Allah. Memberi secara sembarangan berarti menganggap Allah kekurangan seperti pengemis, dan tindakan itu merupakan penghinaan terhadap Allah, Sang Pemilik alam semesta ini. Oleh karena itu, perbuatan itu jahat (4:17).
Ketika kita diizinkan berbicara melalui doa, kita harus berkata-kata dengan bijaksana (5:1). Jangan mengeluarkan terlalu banyak kata-kata seolah-olah Allah sulit memahami apa yang kita inginkan (Bandingkan dengan Matius 6:5-15). Kita juga harus berhati-hati sebelum mengucap-kan nazar karena nazar harus ditepati (Pengkhotbah 5:3-4). Jangan sampai kita mengikuti jejak Ananias dan Safira yang menipu Allah saat memberi persembahan, sehingga kebohongan itu mendatangkan hukuman (Kisah Para Rasul 5:1-11).
Dalam Alkitab, adakalanya Allah berbicara melalui mimpi. Namun, Pengkhotbah mengingatkan agar jangan terlalu mudah menafsirkan mimpi sebagai perkataan Allah karena mimpi bisa muncul dari beban pikiran dan juga bisa berkaitan dengan kesibukan (Pengkhotbah 5:2).
Melalui pemaparan Pengkhotbah dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa pencarian makna hidup melalui aktivitas ibadah bisa menjadi kesia-siaan dan mendatangkan hukuman bila kita tidak memahami bahwa ibadah itu harus digerakkan oleh hati yang takut akan Allah. Apakah seluruh aktivitas ibadah Anda disertai sikap takut akan Allah? [BW]