GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Untuk segala sesuatu ada waktunya

Pengkhotbah 3:1-15

Semua orang menginginkan hal-hal yang membahagiakan. Dengan hikmat, kuasa dan kerja keras, banyak orang berpikir bahwa mereka akan dapat mewujudkan apa yang mereka harapkan. Akan tetapi, kenyataan tidak selalu demikian. Pengkhotbah mengamati bahwa dalam hidup ini, terjadi banyak hal yang tidak sama dengan apa yang kita harapkan, karena untuk segala sesuatu ada waktunya (3:1-8).

Perkataan “ada waktu” untuk segala sesuatu menunjukkan bahwa manusia tidak berkuasa atas terjadinya hal-hal itu. Oleh karena itu, untuk hal yang tidak kita inginkan pun, hal itu akan tetap terjadi. Jadi, sebenarnya, manusia tidak berkuasa atas hidupnya sendiri. Pengkhotbah memperlihatkan bahwa Allah terlibat dalam segala peristiwa (3:10). Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa kita tidak dapat me-nyelami pekerjaan Allah dengan segala hikmat dan pengetahuan yang kita miliki (3:11). Kita harus menyesuaikan diri dengan waktu dan rencana Allah. Apa yang kita lihat dan alami saat ini memiliki batas. Sama seperti seseorang yang kebingungan saat melihat seorang pemahat “merusak” sebongkah kayu besar di pinggir jalan yang biasa digunakan untuk duduk. Pemahat itu mencoret-coret dengan pisau di tangannya. Bahkan, sang pemahat memotong-motong kayu itu, sehingga dia menegurnya. "Hai pemahat, mengapa kamu merusak kayu yang bagus dan berguna ini?" Namun, sang pemahat itu tetap melanjutkan aktivitasnya. Akhirnya, terlihatlah sebuah karya yang sangat indah yang harganya mahal.

Pengkhotbah memahami bahwa Allah telah memberikan kekekalan dalam hati manusia (3:11) dan Allah mengajak manusia melihat segala sesuatu bukan dari sudut pandang kesementaraan yang sia-sia, tetapi dari sudut pandang kekekalan. Apa yang kita alami saat ini—baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan—merupakan pemberian Allah yang akan terlihat indah pada waktunya (3:11) sekalipun kita tidak memahami cara kerja Allah dalam mewujudkannya. Pengkhotbah menemukan bahwa hal terpenting adalah bahwa manusia harus memiliki sikap takut akan Allah (3:14), yaitu rasa takut yang didasari oleh sikap hormat atas keagungan-Nya. Nikmatilah hidup Anda dengan sikap takut akan Allah, meskipun saat ini Anda belum memahami sepenuhnya apa yang akan terjadi. Saat Anda membuat perencanaan, apakah Anda selalu berusaha menyesuaikan rencana Anda dengan kehendak Allah? [BW]