GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Cara Kerja Allah Tak Terselami

Kisah Para Rasul 8:1-25

Allah tidak pernah berinisiatif membuat umat-Nya menderita, tetapi Allah bisa memakai penderitaan sebagai alat untuk melaksanakan rencana-Nya. Sesudah membunuh Stefanus, orang Yahudi melanjutkan usaha menghambat perkembangan kekristenan dengan menganiaya jemaat di Yerusalem. Penganiayaan membuat orang percaya tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria (8:1). Apakah berita Injil bisa dihambat? Tidak! Tersebarnya orang percaya justru berdampak pada tersebarnya berita Injil ke seluruh Yudea dan Samaria (8:2). Niat jahat orang-orang Yahudi menghambat berita Injil justru membuat rencana Allah agar para murid bukan hanya menjadi saksi di Yerusalem—melainkan juga menjadi saksi di seluruh Yudea dan Samaria (1:8)—menjadi terlaksana.

Filipus—salah seorang diaken yang dipilih bersama-sama dengan Stefanus—juga meninggalkan Yerusalem. Dia memberitakan Injil Yesus Kristus, Sang Mesias, di sebuah kota di Samaria (8:5). Adanya tanda-tanda yang menyertai pemberitaan Injil—roh jahat diusir, orang lumpuh dan orang timpang disembuhkan (8:7)—berperan sangat penting bagi penerimaan orang Samaria terhadap berita Injil karena orang Yahudi bersikap eksklusif—tidak bergaul—terhadap orang Samaria. Penerimaan Injil oleh orang Samaria membuat para rasul di Yerusalem mengutus Rasul Petrus dan Rasul Yohanes melakukan peninjauan (8:14). Saat mereka berdua menumpangkan tangan, Roh Kudus turun ke atas orang-orang Samaria yang bertobat oleh pemberitaan Filipus itu. Jelas bahwa penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang Samaria ini disertai dengan tanda seperti yang terjadi di hari Pentakosta karena peristiwa tersebut bisa “dilihat” oleh Simon, seorang petobat baru dari Samaria (8:18). Tanda turunnya Roh Kudus ke atas orang-orang Samaria itu penting untuk meyakinkan orang-orang Yahudi—termasuk para rasul—bahwa keselamatan dalam Kristus itu dimaksudkan bagi orang Samaria juga! Perlu disadari bahwa “kuasa’ yang menyertai pemberitaan Injil ini penting untuk menerobos tempat baru dengan berita Injil. Akan tetapi, “kuasa” itu sama sekali tidak boleh menjadi alat untuk membanggakan diri.

Saat ini, dunia dilanda pandemi. Di satu sisi, kita harus mengurangi pergerakan. Di sisi lain, komunikasi melalui media sosial menjadi semakin meluas, dan hal itu merupakan peluang untuk pemberitaan Injil. Apakah Anda sudah memanfaatkan peluang tersebut? [P]