Kesatuan Kristen
Kisah Para Rasul 15:1-34
Perbedaan budaya atau adat istiadat adalah masalah yang bisa mengancam kesatuan. Orang Yahudi yang sejak lahir terikat dengan adat istiadat tidak mudah menerima orang bukan Yahudi yang memiliki adat istiadat berbeda. Bagi orang Yahudi, adat istiadat—khususnya tradisi sunat—adalah identitas yang menjadi sumber kebanggaan. Tun-tutan beberapa orang Yahudi agar anggota jemaat di Antiokhia disunat menimbulkan keresahan. Oleh karena itu, Paulus, Barnabas, dan bebera-pa anggota jemaat Antiokhia diutus untuk membicarakan hal ini dengan para rasul dan para penatua di Yerusalem (15:1-2). Ada beberapa hal penting yang dikemukakan oleh para pimpinan sidang di Yerusalem: Pertama, pemberian karunia Roh Kudus kepada orang bukan Yahudi menunjukkan bahwa tidak ada pembedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi (15:7-9). Kedua, bangsa bukan Yahudi tak boleh dibebani aturan yang menghambat mereka untuk berbalik kepada Allah (15:10-19). Ketiga, bangsa bukan Yahudi tak perlu disunat, tetapi mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang sudah dicemarkan oleh berhala, dari percabulan, dan dari daging binatang yang mati dicekik, serta dari darah (15:20, 28-29)). Aturan ketiga merupakan aturan kompromi agar keber-adaan petobat bukan Yahudi tidak menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi. Di kemudian hari, aturan tentang makanan yang sudah dice-markan oleh berhala itu kembali dipermasalahkan (1 Korintus 10:23-33).
Kesatuan Kristen merupakan kesatuan dalam keanekaragaman budaya, dan seharusnya terlihat dalam setiap kebersamaan orang percaya. Sayangnya, benturan budaya tak selalu bisa dihindarkan, bukan hanya pada pada masa gereja mula-mula, tetapi juga pada masa kini. Secara umum, kita harus bersikap toleran—artinya tidak bersikap memaksa—terhadap orang yang berbeda budaya. Akan tetapi, kita tak boleh kompromi dalam masalah moral—seperti masalah percabulan—dan dalam masalah iman—seperti masalah penyembahan berhala. Apa-kah Anda bisa menerima perbedaan tanpa keinginan mengkritik? Secara khusus, kita memerlukan kelompok pertemanan yang saling mendorong, saling menegur, saling menguatkan, dan saling mendoakan. Kelompok pertemanan seperti ini hanya dapat terwujud dalam kelompok kecil yang memiliki tekad untuk bertumbuh bersama. Apakah Anda memiliki kelompok pertemanan seperti itu? [P]