Roh Kudus Mengubah Kehidupan
Yohanes 3:1-21
Nikodemus adalah seorang Farisi, seorang pemimpin agama Yahudi yang sangat mengagumi Tuhan Yesus, sehingga dia berkata, “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Eng-kau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Bagi seorang pemimpin agama Yahudi, mengucapkan pengakuan semacam ini tidak gampang karena menuntut sikap rendah hati. Mungkin, dia datang pada waktu malam karena malu bila kedatangannya dilihat oleh orang banyak, sehingga dia bisa menjadi bahan gosip. Akan tetapi, Tuhan Yesus tidak menanggapi perkataan Nikodemus. Tuhan Yesus langsung membicara-kan hal terpenting dalam hidup, yaitu perlunya dilahirkan kembali dari air dan roh sebagai syarat untuk melihat atau masuk ke dalam Kerajaan Allah (3:3,5). Perlu diketahui bahwa komponen terpenting dalam tubuh manusia adalah air. Ayat 6 menjelaskan bahwa “dilahirkan dari air” itu menunjuk kepada kelahiran secara jasmani. Oleh karena itu, dilahirkan kembali dari air dan roh yang merupakan syarat untuk melihat atau masuk ke dalam Kerajaan Allah menunjuk pada kelahiran secara jasmani yang diikuti dengan pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri orang percaya. Pembaruan ini membuat orang-orang yang sungguh-sungguh memercayai—atau menerima—Tuhan Yesus sebagai Sang Juruselamat memperoleh kuasa untuk hidup sebagai anak-anak Allah (1:12; Titus 3:5). Pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus membuat kehidupan seseorang berubah total sehingga menjadi ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17). Kelahiran kembali ini mengubah cara pandang terha-dap kehidupan. Seorang yang telah dilahirkan kembali tidak akan mera-sa nyaman bila melakukan dosa dan ia pasti bergumul untuk menemu-kan dan melakukan kehendak Allah.
Dalam Kisah Para Rasul, contoh yang paling terlihat menonjol adalah perubahan dalam kehidupan Rasul Paulus. Sebelum dilahirkan kembali, dia merasa senang saat mengejar dan memenjarakan orang Kristen. Setelah bertemu dengan Kristus, keinginannya berubah total. Dia bersedia mengorbankan apa saja asal kehendak Allah terwujud dalam hidupnya. Perubahan cara pandang itu membuat apa yang semula tampak berharga menjadi tidak berharga (Filipi 3:7-8. Apakah Anda sudah mengalami perubahan hidup semacam itu? [P]