Kasih Pada Sesama
Lukas 13:1-17
Ketika Tuhan Yesus ditanya oleh seorang ahli Taurat yang hendak mencobai Dia, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat, Beliau menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:37-39). Jawaban ini tercermin dalam prioritas pelayanan-Nya.
Kepala rumah ibadat gusar karena Tuhan Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang dirasuk roh kelemahan pada hari Sabat (Lukas 13:10-14, Terjemahan Literal). Perempuan ini pasti sangat menderita! Bayangkan bahwa selama delapan belas tahun, dia dirasuk oleh roh yang membuat badannya sakit sampai menjadi bungkuk dan tidak dapat berdiri dengan tegak (13:11). Ketika melihat perempuan itu, Tuhan Yesus memanggil dan membebaskan dia dari roh jahat yang merasukinya. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu, “Hai wanita, engkau telah dibebaskan dari kelemahanmu” (13:12, Terjemahan Literal). Respons yang sepantasnya dari orang yang menyaksikan kejadian itu adalah memuliakan Allah dan bersukacita (13:13,17). Mengapa kepala rumah ibadat malah gusar dan memarahi orang banyak? Dia gusar karena dalam hatinya tidak ada kasih kepada orang lain. Ia sekadar beragama, namun tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah di dalam hatinya. Ia melakukan aktivitas agama, menaati hukum, bukan karena mengasihi Allah, melainkan untuk kepentingan diri sendiri. Ia ingin menikmati berkat keselamatan bagi diri sendiri. Tuhan Yesus menegur kepala rumah ibadat yang telah bersikap munafik: Bila hewan miliknya saja tetap diberi minum pada hari Sabat, mengapa perempuan yang juga merupakan keturunan Abraham tidak boleh dibebaskan dari kelemahan atau penyakitnya pada hari Sabat? (13:15-16). Masyarakat Yahudi lebih menghargai pria daripada wanita. Akan tetapi, di mata Tuhan Yesus, perempuan itu berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus membebaskan perempuan itu dari kuasa setan dan dari “penindasan” yang dilakukan para pemimpin rohani saat itu. Ingatlah bahwa orang yang taat beragama belum tentu memiliki kasih. Hanya orang yang sudah bertobat dan menerima kasih Yesus Kristus saja yang mampu mengasihi dengan sungguh-sungguh. Apakah Anda sudah mengasihi sesama? [WY]