Kuasa Pengampunan
Mazmur 40
Dalam Mazmur 40, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya yang pernah jatuh dalam dosa. Pemazmur menggambarkan dirinya sebagai terjerumus ke dalam lumpur rawa, sehingga ia tidak bisa menolong dirinya sendiri dan memerlukan bantuan orang yang berada di tanah yang stabil. Dalam kehancurannya, pemazmur sungguh-sungguh menanti pengampunan Tuhan. Pertolongan Tuhan membuat pemazmur bisa bangkit dan memiliki pengharapan yang kuat di dalam Tuhan.
Mengapa pemazmur sangat menantikan pengampunan Tuhan? Pertama, pemazmur menyadari dosanya. Bagi dia, kuasa dosa itu sangat mengerikan. Mula-mula, dosa itu terasa nikmat, tetapi ujungnya adalah maut—perhatikan kata “kebinasaan” dalam 40:3. Pemazmur berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu dosa dengan mempersembahkan korban sembelihan dan korban sajian (40:7), namun ia justru makin tenggelam dalam dosa. Kedua, pemazmur menyadari bahwa ada anugerah Tuhan yang besar bagi dirinya. Ia sadar bahwa hanya dengan pertolongan Tuhan saja, ia dapat diselamatkan. Perbuatan-Nya ajaib, tidak tertandingi, bahkan terlalu besar untuk dihitung (40:6).
Setelah menerima anugerah pengampunan dari Tuhan, pemazmur tidak dapat menahan bibirnya untuk memberitakan keadilan, kesetiaan, keselamatan, kasih, dan kebenaran Tuhan kepada mereka yang belum mengenal Dia (40:10-11). Selain itu, pemazmur semakin berpengharapan dalam Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan mengasihi dirinya, setia menjaga hidupnya, dan melindungi dia dari musuh-musuhnya (40:12-16). Jika kita menyadari besarnya pengampunan yang Allah berikan kepada kita, seharusnya kita terdorong untuk memberitakan kabar baik kepada sesama dan kita memegang pengharapan di dalam Tuhan.
Ada kaitan yang sangat erat antara menyadari keberdosaan diri dan mengalami anugerah Allah yang besar serta menceritakan kebaikan Allah kepada sesama. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyadari bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa (1 Timotius 1:15). Ia menyadari kasih Allah yang sangat luas tidak dapat dihitung (Efesus 3:18). Oleh karena itu, ia merasa berhutang injil kepada sesama (Roma 1:14-15). Kesadaran akan keberdosaan diri hendaknya membuat kita—seperti Rasul Paulus dan pemazmur—semakin menyadari anugerah Allah yang besar dan semakin giat memberitakan injil keselamatan. [JP]