Pelayanan Seorang Murid
Yesaya 50:4-11
Bacaan Alkitab hari ini membicarakan tentang pelayanan Nabi Yesaya yang sekaligus merupakan cermin bagi pelayanan Yesus Kristus. Untuk bisa melayani dengan baik, Nabi Yesaya harus memenuhi beberapa persyaratan: Pertama, ia harus lebih dahulu menjadi seorang murid yang belajar membuka telinganya agar bisa mendengar suara Allah (50:4-5). Sungguh aneh bila seorang yang hendak mengajarkan firman Tuhan tidak lebih dahulu menyediakan waktu untuk mendengar, membaca, dan mempelajari Alkitab. Setelah kita lebih dahulu menjadi seorang murid, barulah kita bisa memiliki lidah atau perkataan seorang murid yang sanggup membangkitkan semangat orang yang sedang letih lesu, sesuai dengan kehendak Allah. Kedua, ia harus rela menderita, baik secara fisik maupun secara mental (50:6). Bila kita rela menderita, Tuhan akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita (50:7). Pada masa kini, kita telah menerima janji bahwa Roh Kudus akan menyertai dan menolong setiap orang percaya (Yohanes 14:16,26).
Tuhan Yesus adalah contoh ideal bagi setiap orang yang ingin melayani. Jelas sekali bahwa Tuhan Yesus pasti tekun mempelajari kitab-kitab Perjanjian Lama sejak masa kecil-Nya, sehingga saat berusia dua belas tahun, Ia sanggup bersoal jawab dengan para guru agama di Bait Allah (Lukas 2:42, 46-47). Saat mengajar pun, Tuhan Yesus sering kali mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukan hanya mengerti Kitab Suci, tetapi Dia juga menghafal ayat-ayat Kitab Suci. Pelayanan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Dia bukan hanya rela menderita secara fisik, tetapi dia juga rela menerima hinaan demi melaksanakan rencana penyelamatan manusia dari dosa. Pada masa kini, orang Kristen tidak perlu merasa heran bila harus mengalami penderitaan (Filipi 1:29), sama seperti Tuhan Yesus telah lebih dahulu menderita untuk menebus dosa kita.
Tahukah Anda bahwa setiap orang yang mengaku sebagai murid Kristus seharusnya menempatkan diri sebagai seorang hamba yang bersedia melayani orang lain? (Yohanes 13:12-17; 2 Korintus 4:5). Waktu kita melayani, kita harus menempatkan diri sebagai pelayan, bukan sebagai bos! Sebagai seorang hamba, kita harus bersedia setiap saat untuk melakukan apa yang Allah kehendaki agar kita kerjakan. Apakah Anda pun bersedia melayani sebagai seorang hamba? [P]