GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Peran Pemimpin

1 Samuel 31

Pemimpin rohani memiliki peran yang sangat penting dalam komunitas orang percaya. Menjadi pemimpin rohani adalah hak istimewa yang harus senantiasa disertai dengan usaha menjaga hati agar tetap takut akan Tuhan. Kejatuhan pemimpin ke dalam dosa bisa berakibat sangat fatal dan berdampak kepada semua orang yang dipimpinnya. Saul adalah contoh pemimpin yang tidak sungguh-sungguh percaya dan tidak hidup dalam takut akan Tuhan. Berkali-kali Tuhan telah menyampaikan kata-kata penghakiman dan penghukuman kepadanya, namun tidak ada catatan tentang adanya tanda bahwa Saul menyesal, apalagi bertobat memohon belas kasihan Tuhan. Sampai akhir hidupnya, ia tidak pernah bertobat dari hati yang tidak taat dan tidak mengandalkan Tuhan.
Walaupun Raja Saul memiliki paras elok dan penampilan luar yang baik, hatinya tidak takut akan Tuhan. Ia tidak bersungguh hati menaati Tuhan. Orang Israel mendapatkan “buah” dari hasil penolakan mereka terhadap Tuhan. Mereka tidak ingin dipimpin secara langsung oleh Tuhan, melainkan mereka meminta agar bisa memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain (pasal 8), dan Tuhan memberi mereka raja seperti yang mereka harapkan. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Raja Saul mengalami kalah perang yang dahsyat. Ia dan anak-anaknya mati terbunuh. Banyak sekali rakyat yang menjadi korban karena Tuhan tidak campur tangan dalam peperangan tersebut (31:6). Saul meninggal dalam keadaan terhina: Mayat Saul dipakukan ke tembok kota Bet-Sean (31:9-10). Sungguh tragis pengalaman orang Israel itu!
Berdasarkan bacaan Alkitab hari ini, kita belajar bahwa kriteria seorang pemimpin rohani haruslah pertama-tama orang yang hidup takut akan Tuhan. Hal ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin tidak boleh memiliki kelemahan. Akan tetapi, dalam hatinya harus ada tempat untuk Tuhan. Tanda dari orang yang takut akan Tuhan adalah adanya kesungguhan untuk bertobat ketika ia jatuh ke dalam dosa. Ia harus rela untuk berubah bila ia telah menyadari dosanya. Pada zaman sekarang, sering kali kriteria seorang pemimpin rohani didasarkan pada ketrampilan dan kemampuan intelektualnya, bukan pada hatinya, padahal Tuhan selalu memandang hati, dan seharusnya kita juga demikian! [WY]