GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Tidak Membalas Kejahatan

1 Samuel 25

Abigail adalah wanita yang bijaksana dan takut akan Tuhan. Perbuatan dan pertemuannya dengan Daud menjauhkan Daud dari hutang darah karena mencari keadilan sendiri (25:33-34). Abigail percaya bahwa Tuhan telah menetapkan Daud menjadi raja atas Israel. Ia percaya bahwa Tuhan akan meneguhkan kerajaan Daud (25:28). Iman Abigail luar biasa. Ia dapat melihat rencana dan perbuatan Tuhan jauh ke depan. Iman seperti itu membuat Abigail berusaha sebisanya untuk menghalangi Daud bertindak buruk, sehingga Daud tetap menjadi hamba yang baik di mata Tuhan.
Iman dan perbuatan Abigail merupakan teladan bagi kita. Ia menolong orang lain untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Dengan kata-kata bijak yang lembut, ia mengingatkan Daud. Tindakan Abigail sangat terpuji dan tidak mudah ditiru. Kisah dan nama Abigail dicatat di dalam kitab 1 Samuel, kitab yang mencatat tentang hakim terakhir dan dua raja Israel yang pertama, yaitu Saul dan Daud. Pencatatan kitab suci tidak dilakukan secara sembarangan. Abigail adalah seorang wanita biasa. Akan tetapi, iman dan kebaikan hatinya membuat namanya dicatat dalam kitab 1 Samuel. Pada zaman itu, pencatatan seorang tokoh wanita dalam kitab suci tidak selalu disertai dengan penyebutan nama. Dalam kitab 1 Samuel, hanya ada 2 nama wanita yang dicatat secara jelas, yaitu Hana dan Abigail. Keduanya adalah wanita yang beriman dan takut akan Tuhan. Meskipun hidup di zaman dengan budaya yang meremehkan wanita—yaitu budaya patriarkat atau budaya yang mengutamakan pria—Abigail dengan hikmatnya tetap berbuat yang terbaik sesuai dengan imannya.
Menolong orang lain supaya dapat hidup benar adalah perintah Tuhan bagi orang percaya. Rasul Paulus berkata dalam Galatia 6:1, “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” Seorang Kristen yang rohani tidak akan mendiamkan begitu saja bila mengetahui bahwa ada saudara seiman yang jelas melakukan hal yang tidak benar. Kita wajib mengingatkan mereka dengan hikmat Tuhan dan dengan kelembutan. Apakah Anda telah membiasakan diri melakukan kebiasaan seperti itu?[WY]