Kesatuan, Keberagaman, dan Kedewasaan
Efesus 4:1-16
Di pasal 1-3, Rasul Paulus menjelaskan apa yang telah Allah perbuat untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus. Ia mengajar tentang doktrin kepada Jemaat Efesus (1:3-12; 2:1-10; 3:1-13), dan juga mendoakan mereka (1:15-22; 3:14-21). Di pasal 4-6, ia memberitahukan apa yang Allah kehendaki agar dilakukan oleh umat-Nya. Ia beralih dari teologi kepada etika, dari doktrin kepada moralitas. Bagian kedua Surat Efesus ini (pasal 4-6) dimulai dengan frasa, ‚Sebab itu aku menasihatkan kamu‛ (4:1). Frase tersebut menunjukkan bahwa nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (4:1-16) merupakan respons atas apa yang telah Allah perbuat dalam kehidupan jemaat. Pengajaran, doa syafaat, dan nasihat adalah tiga alat paling efektif bagi setiap hamba Tuhan untuk menolong umat Tuhan hidup ‚berpadanan dengan panggilan itu‛ (4:1), yaitu panggilan untuk hidup dalam kesatuan. Kesatuan jemaat tampak dari penekanan atau pengulangan angka ‚satu‛ sampai tujuh kali dalam perikop ini, yang menunjuk kepada tema utama perikop ini.
Rasul Paulus mengemukakan tiga kebenaran tentang kesatuan: Pertama, kesatuan gereja tergantung pada empat kualitas hidup seorang Kristen, yaitu rendah hati, lemah lembut, sabar, dan saling menolong dalam kasih (4:2). Kedua, kesatuan gereja berasal dari fakta bahwa Allah Tritunggal yang kita sembah adalah Allah yang satu adanya—perhatikan sebutan ‚satu Roh‛, ‚satu Tuhan‛, dan ‚satu Allah‛ (4:3-6). Ketiga, kesatuan gereja diperkaya oleh karunia rohani yang berbeda-beda yang diberikan Kristus kepada setiap orang percaya sebagai perlengkapan untuk melayani (4:7-12). Karunia yang berbeda ini diberikan Kristus untuk—secara positif—mempersiapkan gereja agar bertumbuh semakin serupa dengan Kristus dalam segala hal (4:13,15), dan supaya—secara negatif—umat Tuhan tidak disesatkan oleh berbagai doktrin baru yang berbeda dan oleh berbagai kelicikan manusia (4:14) yang mengancam kesatuan iman dan kesatuan gereja.
Kedewasaan rohani dan kesatuan tubuh Kristus hanya dapat dicapai jika kita—masing-masing individu yang memiliki berbagai karunia yang berbeda—tetap ‚teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih‛ (4:15). Kebenaran ajaran dan perbuatan kasih adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya merupakan pasangan serasi untuk mencapai kedewasaan rohani dan kesatuan iman. [EG]