Peperangan Rohani
Efesus 6:10-24
Bagian akhir surat Efesus mencakup perikop tentang peperangan rohani yang harus dihadapi para pengikut Kristus (6:10-20). Perikop ini terdiri dari tiga bagian, yang ditandai dengan adanya tiga buah imperatif (kalimat perintah). Bagian pertama diawali dengan perintah untuk kuat di dalam Tuhan (6:10-13). Sumber kekuatan orang percaya tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi berasal dari kuasa Tuhan Yesus. Agar ‚kuat di dalam Tuhan‛ (6:10), ‚kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah‛ (6:11). Hanya dengan memakai seluruh—tanpa kecuali—perlengkapan senjata Allah, barulah orang percaya diperlengkapi secara memadai untuk ‚dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis‛ (6:11), sehingga orang percaya tidak perlu menyerah kalah terhadap si jahat, tetapi bisa menang melawan tipu muslihat dan taktik jahat Iblis dan antek-anteknya (6:12). Menurut 4:27, Iblis mencari kesempatan untuk mempengaruhi orang percaya agar hidup dalam dusta (4:25), kemarah-an yang tak terkontrol (4:26), keinginan mencuri (4:28), perkataan yang tidak membangun (4:29), dan semua kebiasaan hidup manusia lama lainnya (4:22) yang tidak benar dan tidak kudus (4:24). Namun, strategi utama Iblis adalah menggagalkan rencana Allah untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus dan menjadikan Kristus sebagai Kepala atas segala yang di bumi dan di sorga (1:10; 2:11-22). Perpecahan dan perselisihan gereja adalah tujuan utama Iblis.
Bagian kedua (6:14-17) dimulai dengan perintah ‚berdirilah te-gap‛ (6:14). Orang Kristen yang tidak berdiri tegap dalam Kristus akan menjadi mangsa Iblis. Oleh karena itu, orang percaya harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata perang yang merupakan milik Allah dan yang dipakai Allah untuk menyelamatkan umat-Nya (misal Yesaya 59:17). Keenam senjata Allah tersebut adalah (perbuatan) kebenaran, keadilan, berita Injil damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah (6:14-17).
Bagian ketiga (6:18-20) berfokus pada kebutuhan untuk berdoa setiap waktu dan berjaga-jaga dalam doa syafaat bagi orang percaya, termasuk bagi Rasul Paulus—yang sedang berada dalam penjara—agar ia dapat memberitakan rahasia Injil dengan berani. Dalam konteks pepe-rangan rohani, doa lebih diutamakan dibandingkan senjata apa pun yang didaftarkan di ayat 14-17. Doa sangat menentukan dalam upaya menga-lahkan tipu muslihat Iblis. [EG]