GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Kasih Karunia

Galatia 3:15-29

Mengapa “iman” dan bukan “hukum Taurat” yang membuat seseorang dibenarkan? Rasul Paulus menggunakan “surat wasiat” sebagai ilustrasi untuk menjelaskan hal ini dari tiga aspek, yaitu penerimanya (3:16), waktu pemberian suratnya (3:17), dan syarat pemberian warisan itu (3:18).
Pertama, Rasul Paulus menegaskan bahwa perjanjian Allah de-ngan Abraham, yang berdasarkan iman Abraham, ditujukan kepada “keturunan Abraham”—hanya satu orang, yaitu Kristus. Karena janji itu diberikan kepada Kristus, maka hanya mereka yang berada di dalam Kristus-lah yang ikut menjadi penerima janji itu. Kedua, perjanjian itu sudah disahkan jauh sebelum hukum Taurat diberikan, maka perjanjian itu tak bisa dibatalkan oleh hukum Taurat. Ketiga, pertanyaan selanjutnya adalah, “Kalau begitu, apa gunanya hukum Taurat?” Rasul Paulus menjawab, “Hukum Taurat ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran—sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu” (3:19). Dengan kata lain, hukum Taurat menjaga supaya orang-orang tetap berpegang kepada janji itu sampai tiba ahli waris yang sejati. Oleh karena itu, ketika Kristus—Sang Pewaris Janji—sudah datang, hukum Taurat tidak lagi diperlukan, dan sekarang kita bisa ikut memiliki janji itu melalui iman kepada Kristus. Janji itu tidak diberikan karena hukum Taurat. Artinya, tidak ada usaha manusia sama sekali. Allah memberikannya semata-mata karena kasih karunia. Abraham percaya dan Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran. Dengan cara yang sama, sekarang Allah memberikan kasih karunia kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus. Ketika kita percaya, Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran.
Ada orang yang berkata: “Bagaimana mungkin semudah itu masuk sorga: Hanya percaya lalu selesai?” Jawabannya adalah “benar” dan “tidak”. “Benar” karena memang semudah itu. Semua usaha manusia tidak akan ada artinya, bahkan seperti kain kotor di hadapan Allah. Allah hanya memperhitungkan iman kita kepada Kristus dan itu cukup untuk membuat kita dibenarkan. Tetapi jawabannya juga “Tidak”. Siapa bilang mudah? Bukankah pewaris janji itu—Kristus Yesus—harus mati di kayu salib supaya kasih karunia itu mengalir kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Yang mati di kayu salib adalah Anak Allah! Kasih karunia itu gratis, tetapi tidak mudah, apalagi murahan. [Pdt. Jeffrey Siauw]