Tujuan yang Sama
Galatia 2:1-10
Mungkin kelompok pengacau di Galatia mengejek bahwa rasul Paulus hanyalah seorang pengkhotbah yunior yang tidak bisa dipercaya. Mereka menuduh bahwa dia diutus oleh para rasul senior di Yerusalem untuk memberitakan Injil, tetapi mengubah isinya supaya menjadi lebih mudah diterima oleh orang non-Yahudi. Tuduhan ini bukan hal yang penting bagi Rasul Paulus pribadi, tetapi tuduhan ini menjadi penting karena menyangkut kebenaran Injil yang dia beritakan.
Di bagian ini, Rasul Paulus seperti berjalan di atas tali yang tipis. Di satu sisi, dia menegaskan bahwa dia tidak berada di bawah otoritas para rasul di Yerusalem. Dia pergi ke Yerusalem bukan untuk belajar dari pa-ra rasul di sana, tetapi untuk bercerita tentang pemberitaan Injil yang dia lakukan (2:2). Dia menekankan bahwa kedudukan para rasul itu tidak penting baginya (2:6). Saat ada “saudara-saudara palsu” yang memaksa supaya Titus disunat, Rasul Paulus tidak mau tunduk (2:4-5) dan para rasul di Yerusalem tidak memaksanya (2:6). Pesan penting yang Rasul Paulus sampaikan di bagian ini adalah bahwa dia sejajar dengan para rasul di Yerusalem. Di sisi lain, Rasul Paulus ingin menegaskan bahwa tidak ada perpecahan antara dirinya dan para rasul di Yerusalem. Dia mendatangi mereka berdasarkan suatu penyataan—artinya Tuhan menuntun dia untuk melakukan itu. Para rasul di Yerusalem mengakui kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada Rasul Paulus. Dia berjabat tangan dengan mereka sebagai tanda persekutuan dalam memberitakan Injil di wilayah yang berbeda (2:9).
Penegasan Rasul Paulus di atas itu penting karena Injil dan panggilan memberitakannya berasal dari Tuhan yang sama. Kita harus setia menjaga kemurnian pemberitaan Injil. Tidak ada kompromi untuk hal itu! Kita tidak bisa bekerja sama dengan orang yang memberitakan Injil yang berbeda, tetapi kita perlu rendah hati untuk bersatu dengan semua orang yang memberitakan Injil yang benar. Tidak mudah melihat dan mengakui adanya “kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan” di dalam diri orang lain yang bekerja dengan cara yang berbeda dengan kita. Akan tetapi, kalau Tuhan yang memanggil dan menganugerahkan kasih karunia kepada orang lain untuk memberitakan Injil, mengapa kita perlu bersaing atau merasa iri? Untuk Injil dan Tuhan yang sama, kita harus saling berjabat tangan dan bekerja untuk tujuan yang sama. [Pdt. Jeffrey Siauw]