Pemimpin yang Menjadi Teladan
Yosua 18:11-19:51
Cara Yosua memimpin pembagian tanah memperlihatkan bahwa ia memang patut menjadi seorang pemimpin. Dia menyelesaikan dulu pembagian tanah untuk seluruh bangsa Israel, kemudian, barulah ia meminta tanah yang menjadi bagiannya (19:49). Sebagai seorang dari suku Efraim, Yosua mewarisi kota Timnat-Serah yang terletak di pegunungan Efraim. Kota ini terletak di daerah pegunungan yang tidak subur serta dikelilingi oleh lembah yang curam dan bukit yang terjal. Kota Timnat-Serah itu harus ia bangun lebih dulu. Setelah itu, barulah dia bisa menetap di sana dengan nyaman (19:50). Dengan demikian, walaupun Yosua adalah pemimpin tertinggi bangsa Israel sesudah Musa wafat, jelas terlihat bahwa Yosua adalah seorang pemimpin yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Baginya, mengurus kepentingan seluruh Israel harus lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita akan ajaran Tuhan Ye-sus tentang kepemimpinan, "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:25b-28). Bagi Tuhan Yesus, seorang pemimpin tidak boleh memimpin dengan sewenang-wenang, tetapi harus memim-pin dengan cara melayani. Sebagai pemimpin Israel, Yosua tidak mencari kesenangan diri sendiri. Dia berusaha menyelesaikan dulu tugasnya sampai tuntas dalam hal pembagian tanah bagi seluruh bangsa Israel. Sesudah itu, barulah ia meminta tanah yang menjadi bagiannya. Tanah yang dia minta pun bukan kota yang sudah dibangun rapi (siap pakai), melainkan kota yang harus dia bangun lebih dulu supaya nyaman untuk ditempati. Adanya pemimpin nasional yang melayani rakyat merupakan dambaan rakyat di semua negara sampai saat ini. Bila Anda adalah seorang pemimpin, Anda harus selalu mengingat bahwa setiap pemimpin harus melayani orang-orang yang dipimpinnya, bukan menuntut untuk dilayani. [GI Mathindas Wenas/GI Purnama]