Allah Beserta Kita
Yesaya 8:1-22
Salah satu kesulitan dalam memahami kitab Para Nabi disebabkan karena adanya kemungkinan penggenapan ganda dari sebuah nubuat dan juga karena kita tidak selalu bisa memastikan konteks suatu nubuat. Oleh karena itu, mempelajari nubuat memerlukan ketelitian. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan memerintahkan agar dibuat tulisan “Maher-Syalal Hash-Bas"—yang artinya “Perampasan yang Tangkas, Perampokan yang Cepat”—di atas sebuah batu tulis besar (8:1). Ternyata, Tuhan kemudian memerintahkan agar tulisan tersebut dipakai sebagai nama anak laki-laki Nabi Yesaya (8:3). Selanjutnya, Tuhan memberi penjelasan bahwa sebelum anak itu bisa memanggil orang tuanya, kekayaan Damsyik—yaitu ibu kota Kerajaan Aram atau Siria—dan kekayaan Samaria—yaitu ibu kota Israel Utara—akan dijarah oleh Kerajaan Asyur. Yang menarik, ternyata penjelasan ini sama dengan penjelasan untuk anak laki-laki bernama “Imanuel”—artinya “Allah Beserta Kita”—yang menjadi tanda bagi penyertaan Allah kepada Raja Ahas dan rakyat Kerajaan Yehuda (7:14,16). Kesamaan ini berarti bahwa ada kemungkinan bahwa perempuan muda dalam 7:14 itu adalah istri Nabi Yesaya sendiri. Masalahnya, saat kitab Yesaya diterjemahkan ke bahasa Yunani, kata yang menjadi padanan kata Ibrani untuk “perempuan muda” itu adalah kata Yunani yang berarti “perawan”, padahal sebelumnya, Nabi Yesaya sudah memiliki anak laki-laki bernama Syear Yasyub (7:3). Kerumitan ini memunculkan dua pendapat: Pertama, “Imanuel” adalah tanda untuk Raja Ahas, sedangkan “Maher-Syalal Hash-Bas” adalah tanda untuk rakyat Yehuda, sehingga ibu keduanya adalah orang yang berbeda. Kedua, istri pertama Nabi Yesaya telah meninggal, sedangkan istri yang melahirkan “Maher-Syalal Hash-Bas” adalah istri kedua yang masih merupakan seorang perawan saat Nabi Yesaya berbicara dengan Raja Ahas dalam pasal 7. Kerumitan nubuat tentang “Imanuel” itu masih ditambah dengan fakta bahwa sebutan “Imanuel” itu juga menunjuk kepada Tuhan Yesus (Matius 1:21-23).
Walaupun nubuat tentang “Imanuel” itu tergolong rumit, kita bisa meyakini bahwa nubuat tentang “Imanuel” dan penggenapannya itu memperlihatkan bahwa Allah peduli terhadap persoalan yang dihadapi oleh umat-Nya. Pada masa pandemi ini, apakah Anda meyakini bahwa Allah beserta dengan diri Anda? [P]