GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Cukuplah Itu!

1 Timotius 6:1-10

Gereja abad pertengahan menyaksikan ketegangan dan intrik antara kaisar dan pemimpin gereja. Para pemimpin gereja sering meme-gang hak atas tanah yang luas dan sangat berkuasa, sehingga mereka dapat menentukan hidup matinya seorang kaisar. Para kaisar—dalam upaya mengamankan posisi mereka—menawarkan jabatan pemimpin gereja dan mengangkat mereka yang bersedia berdiri di belakangnya. Dalam situasi demikian, ordo pengemis—atau mendicant order seperti ordo Fransiskan—dilahirkan. Pengaruh kekayaan terhadap men-talitas dan perilaku para biarawan serta pejabat gereja pada masanya amat mengerikan. Fransiskus memutuskan untuk melarang para biara-wannya memiliki apa pun juga. Ketika salah seorang biarawannya pulang dengan sukacita karena seseorang telah memberinya kepingan emas, Fransiskus menyuruh biarawan tersebut meletakkan kepingan emas itu di bibirnya kemudian membenamkan keping emas tersebut ke dalam tumpukan kotoran dengan bibirnya. Menurut Fransiskus, itulah tempat yang tepat bagi kepingan emas tersebut. Tentu saja tidak semua orang dipanggil untuk hidup seperti Fransiskus dan para biarawannya. Walaupun demikian, tidak dapat disangkal bahwa uang bukan hanya dapat menjadi hamba yang baik, tetapi juga dapat menjadi tuan yang kejam. Tuhan Yesus sendiri mengajar banyak hal tentang uang. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar memelihara rasa cukup dalam diri-nya. Beliau seakan-akan berkata bahwa ibadah yang tidak disertai rasa cukup tidak banyak manfaatnya (6:6). Keinginan menjadi kaya bukan hanya membawa orang ke dalam pencobaan atau jerat yang dapat mencelakakan, tetapi juga dapat membuat seseorang menyimpang dari imannya. Tanpa rasa cukup, mendapatkan Allah pun bisa saja terasa tidak berarti apa-apa! Marilah kita meneladani sebuah doa dalam Amsal 30:7-9, “Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati ma-kanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” [HL]