Sikap Terhadap Orang yang Lemah
Ulangan 24
Sesudah masuk ke Tanah Kanaan, orang Israel harus memperhatikan ketentuan perlakuan terhadap kaum lemah, miskin, atau papa. Meskipun orang-orang itu tidak berdaya, bukan berarti bahwa orang yang lebih kuat, lebih kaya, lebih berkuasa boleh memperlakukan orang-orang yang tidak berdaya itu dengan semena-mena.
Terhadap sesama umat Israel, orang yang memiutangi tidak boleh meminta riba (Imamat 25:35-37), tetapi mengambil barang milik pemin-jam sebagai gadai diizinkan. Barang yang digadaikan harus didasarkan atas persetujuan bersama untuk menjamin bahwa peminjam akan melunasi hutangnya. Perhatikan bahwa orang Israel dilarang berbuat semena-mena dengan mengambil barang yang sangat penting—bagi kehidupan si peminjam—sebagai gadai. Barang yang tidak boleh diambil sebagai gadai misalnya batu kilangan (yang merupakan sumber mata pencaharian si peminjam, Ulangan 24:6) atau kain yang merupakan satu-satunya kain yang dimiliki oleh si peminjam (sehingga sangat diperlukan untuk menghangatkan badan saat tidur di malam hari). Orang yang memiutangi tidak boleh masuk ke rumah si peminjam untuk mengambil barang gadaian. Barang yang digadaikan diberikan oleh si peminjam di luar rumahnya. Dengan demikian, Allah menjaga kehormatan si peminjam, meskipun ia adalah orang miskin. Jika peminjam miskin, barang yang digadaikan itu sangat penting bagi dirinya. Oleh karena itu, orang yang memiutangi harus segera mengembalikan barang yang su-dah telanjur diterima sebagai barang gadai (24:10-13). Seorang majikan tidak boleh memeras pekerja yang miskin dan menderita. Upah pekerja harus dibayar tepat waktu, tidak boleh ditahan, karena upah itu sangat dibutuhkan. Jangan menunggu sampai pekerja itu berseru (berdoa) kepada Allah meminta keadilan (24:14-15). Orang asing, anak yatim, dan janda tidak boleh ditindas. Hasil panen harus disisihkan untuk mereka (24:17-21; bandingkan dengan Imamat 19:9-10).
Perintah Allah agar orang Israel memperhatikan kepentingan orang yang miskin itu dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa mereka pernah menjadi budak di Mesir (24:18,22). Setelah menerima anugerah Tuhan, mereka harus berbuat baik kepada sesama manusia. Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak jemu-jemu berbuat baik, karena kelak kita akan menuai upah (Galatia 6:9). [GI Wirawaty Yaputri]