<strong>Layakkah Aku di Meja Perjamuan?</strong>
Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 7:1-21
Dalam bacaan Alkitab hari ini, sekali lagi Tuhan Allah memberi perintah dan petunjuk kepada Harun dan anak-anaknya (para imam) tentang pengaturan persembahan korban penebus salah dan korban keselamatan. Firman Tuhan mengungkapkan bahwa Tuhan Allah memperhatikan mereka yang melayani. Persembahan korban bakaran dari binatang harus dibakar semuanya, kecuali bagian kulit yang menjadi bagian para imam. Demikian pula halnya dengan korban sajian. Korban sajian yang dimasak (7:9, yaitu dibakar, diolah dalam wajan, dipanggang) diberikan kepada imam yang mengerjakan ritual, sedangkan korban sajian yang tidak dimasak diberikan kepada semua imam (anak-anak Harun). Kita tidak mengerti mengapa korban sajian jenis pertama (dimasak) hanya untuk imam yang melakukan ritual dan korban sajian jenis kedua (tidak dimasak) bagi semua anak-anak Harun. Ada kemungkinan bahwa korban sajian yang pertama (dimasak) lebih jarang dan jumlahnya lebih sedikit.
Dalam hukum tentang korban keselamatan, Tuhan Allah memberi kesempatan kepada umat Allah yang mempersembahkan untuk ikut memakan persembahan itu, selain ada bagian khusus untuk imam. Dalam memakan persembahan, Tuhan Allah mengingatkan umat-Nya untuk memakan korban keselamatan berupa daging korban syukur pada hari itu juga dan tidak boleh disisakan untuk keesokan harinya. Untuk korban nazar dan korban sukarela, umat Allah harus makan korban tersebut pada hari itu juga, tetapi masih boleh memakan sisanya pada keesokan harinya. Akan tetapi, pada hari ketiga, bagian yang tersisa harus dibakar. Jika umat masih makan persembahan itu pada hari ketiga, Tuhan tidak lagi berkenan kepada orang itu. Di sini kita melihat keseriusan Allah akan kekudusan-Nya dan kasih setia-Nya terhadap umat-Nya. Secara natural, makanan daging yang dibiarkan begitu saja sudah rusak pada hari ketiga dan tidak layak untuk dimakan. Kekudusan Allah menuntut bahwa korban binatang harus tanpa cacat dan hanya umat yang berkenan kepada Allah yang boleh beribadah kepada Allah. Dalam sakramen perjamuan kudus, kita (yang mengaku percaya kepada Kristus) diundang untuk makan dan minum semeja dengan Tuhan. Namun, apakah sebelum mengikuti perjamuan kudus, kita senantiasa memohon agar Tuhan menguduskan diri kita? [GI Abadi]