Api Kemuliaan, Api Menghanguskan
Imamat 10:1-7
Kisah dalam bacaan Alkitab hari ini terlihat kontras dengan kisah sebelumnya (Imamat 9), yaitu bahwa Tuhan berkenan kepada umat-Nya dalam kehadiran api kemuliaan Tuhan. Dalam 10:1-7, Tuhan murka, sehingga Ia mendatangkan api yang menghanguskan Nadab dan Abihu, yaitu dua orang imam yang merupakan anak-anak Harun. Kesalahan mereka berdua adalah mempersembahkan “api yang asing”. Yang harus mereka persembahkan seharusnya adalah api yang telah diberikan oleh Tuhan (9:24), yaitu “api dari mezbah” yang harus dijaga agar terus menyala (6:12-13; 16:12), tidak boleh dari sumber lain.
Tuhan Allah menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi: “Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunya-takan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku” (10:3). Dalam bahasa Perjanjian Lama, arti kalimat di atas adalah, “Aku (Allah) harus diperlakukan kudus di muka seluruh bangsa”. Nadab dan Abihu adalah orang-orang yang dipercaya untuk menjalan-kan pelayanan keimaman yang mulia. Mereka menjadi contoh bagi kita—sebagai imamat rajani—agar kita menaruh rasa hormat dan mencintai kekudusan Tuhan. Dalam Alkitab, kita mempelajari prinsip yang berlaku secara umum dan berulang-ulang, yaitu bahwa semakin tinggi posisi dan tanggung-jawab kerohanian seseorang, semakin berat pula disiplin dan hukuman jika melakukan kesalahan.
Perjanjian Lama mengajar kita bahwa sikap Musa yang tidak menghormati kekudusan Allah (Bilangan 20:12) membuat dia tidak diizinkan memasuki Tanah Perjanjian. Dalam Perjanjian Baru, prinsip ini terdapat seperti dalam Lukas 12:48 dan Ibrani 6:4-6. Penulis surat Ibrani mengulang kembali prinsip di atas dengan tegas: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka … ” (Ibrani 10:26-31). Sebagai orang yang telah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran Allah, kita sebagai imamat rajani diingatkan bahwa Tuhan adalah api yang menghanguskan. Ingatlah bahwa sisi lain dari api kemuliaan adalah “api yang menghanguskan”, karena Tuhan harus diperlakukan kudus di hadapan umat-Nya. [GI Abadi]