Bermegah di dalam Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Korintus 1:18-2:5
Belakangan ini, kemungkinan, banyak di antara kita yang sering mendengar perkataan “wise” dipakai dalam percakapan sehari-hari. Kata “wise”berarti “bijak”. Akan tetapi, banyak orang lebih suka menggunakan versi Bahasa Inggris, yaitu “wise”, mungkin untuk menambah efek “pintar” ke dalam perkataannya. Mungkin, Anda pernah mendengar percakapan yang isinya kurang lebih demikian: “Kamu kurang wise jika berbicara seperti itu…,” atau “Be wise-lah!” Zaman sudah berubah, kita tidak bisa lagi berpatok pada ajaran orang zaman dulu, …,” dan seterusnya.
Sebenarnya, tidak masalah bila kita memakai kata “wise” dalam percakapan sehari-hari. Sayangnya, seringkali kata “wise” yang dipakai banyak orang—termasuk orang Kristen—bukan “wise” yang sesuai dengan firman Tuhan, melainkan “wise” versi dunia. Banyak orang pada masa kini yang beranggapan bahwa ajaran atau prinsip-prinsip firman Tuhan adalah hal yang sudah jadoel alias ketinggalan zaman. Oleh karena itu, jika kita perhatikan, banyak orang yang lebih suka menghadiri seminar motivasi dan sejenisnya ketimbang menghadiri pembinaan atau kelas pendalaman Alkitab di gereja. Obrolan sehari-hari rasanya lebih berbobot jika kita mengetahui lebih banyak tentang kehidupan sosialita dan apa yang sedang viral di media sosial. Orang merasa “wise” jika mengetahui banyak informasi, bukan “wise” karena mengerti dan melakukan firman Tuhan.
Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa hikmat Allah melampaui segala hikmat manusia (1:25-29). Apa yang dianggap sebagai kebodohan di mata dunia, yaitu salib Kristus, adalah hikmat Allah yang justru menyelamatkan manusia dari persoalan terbesar mereka, yaitu maut. Manusia yang terbatas secara akal budi seringkali sudah merasa cukup berhikmat setelah mengetahui atau menguasai hal-hal tertentu, sehingga meremehkan firman Tuhan. Namun, bagi Rasul Paulus, salib Yesus Kristus yang dianggap kebodohan dan batu sandungan itu justru merupakan kekuatan dan hikmat Allah yang menyelamatkan manusia yang lemah, namun sering merasa kuat. Sebagai orang percaya yang sudah menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus, seharusnya kita bermegah di dalam hikmat Tuhan, bukan bermegah berdasarkan hikmat dunia (1:30-31). [GI Wirawaty Yaputri]