GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

<strong>Kuduskan Hari Sabat (10 Hukum Allah)</strong>

Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 20:8-11 (Hukum Keempat)

Hukum keempat yang memerintahkan umat Allah untuk menguduskan hari Sabat didasarkan pada tindakan Allah sendiri yang memberkati dan menguduskan hari Sabat (20:11). Melalui teks kitab suci yang melandasi perenungan hari ini, kita mengetahui bahwa pola kerja Allah dalam penciptaan alam semesta dan seluruh isinya (Kejadian 1) adalah pola yang harus kita tiru. Alkitab mengungkapkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dan seluruh isinya dalam enam hari, kemudian Allah berhenti mencipta di hari yang ketujuh (20:11). Berdasarkan pola tersebut di atas, manusia diharuskan bekerja selama enam hari, dan di hari yang ketujuh berhenti dari segala aktivitas pekerjaan, profesi, maupun rutinitas yang biasa dilakukan pada hari pertama hingga keenam (20:9-10). Manusia harus mengkhususkan hari ketujuh untuk beribadah kepada Allah, sebab Allah telah menetapkan hari ketujuh sebagai hari yang kudus dan mulia (Yesaya 58:13). Apabila manusia menyembah Allah pada hari itu, sesungguhnya manusia akan mendapatkan kepuasan yang sejati (Yesaya 58:13). Hari yang ketujuh adalah hari bagi manusia untuk memupuk kerohaniannya dan mendapatkan kesegaran serta kekuatan baru untuk menghadapi hari-hari selanjutnya, seperti yang Allah sendiri katakan, “maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau ....” (Yesaya 58:14).

Bagi orang Kristen, hukum keempat ini harus diingat dan dilakukan. Kristus berkata bahwa kita harus menuruti segala perintah-Nya (Yohanes 14:15). Kristus juga menegaskan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (Matius 5:17). Oleh sebab itu, siapa saja yang meniadakan salah satu dari hukum Taurat akan dihukum oleh Allah (Matius 5:19). Pola dari hukum keempat itu adalah enam hari kerja dan satu hari istirahat yang dikhususkan untuk Allah (Keluaran 31:14-15). Dalam Perjanjian Baru, konsep hari Sabat (hari terakhir setiap minggu) sebagai waktu yang dikhususkan untuk beristirahat dan beribadah itu diganti menjadi hari Minggu (hari pertama) sebagai hari untuk beristirahat (dari pekerjaan rutin) dan untuk memupuk relasi yang dekat dengan Allah. Bagi rohaniwan Kristen, hari Minggu merupakan hari untuk melayani jemaat. Oleh karena itu, pada umumnya, rohaniwan Kristen beristirahat pada hari Senin (hari kedua). [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]