GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Abraham & Daud: Contoh Teladan Iman

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 4

Adalah fakta bahwa menasihati dan mengajari orang jauh lebih mudah dibandingkan dengan menjadi teladan. Ketika kita menasihati orang lain, kita hanya membagikan nilai-nilai kebenaran melalui perkataan saja, sedangkan bila kita hendak menjadi teladan, kita secara langsung menjadi sang pelaku. Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan rohani. Lebih mudah mendorong orang lain untuk menjalankan disiplin rohani dibandingkan dengan memberi contoh bahwa kita sedang menjalankan apa yang kita katakan.

Roma pasal 4 menjelaskan bahwa Abraham dan Daud merupakan model bagi iman kita. Rasul Paulus memberikan beberapa argumen untuk menjelaskan bahwa Abraham dan Daud patut untuk diteladani. Pertama, teladan iman Abraham. Abraham adalah bapa leluhur orang Yahudi yang sangat dihormati (4:1). Ia dibenarkan oleh Allah karena imannya, bukan karena perbuatannya (4:2-5, bandingkan dengan Kejadian 15:6). Pembenaran itu diberikan sebelum ia disunat (4:9-10). Responsnya terhadap janji Allah tentang banyaknya keturunan yang berasal dari dirinya, ditanggapi dengan beriman sepenuhnya kepada Allah. Ia percaya terhadap janji bahwa Allah akan mewujudkan janji-Nya untuk memberikan keturunan, sekalipun mereka berdua—Abraham dan Sara—telah lanjut usia, dan Sara mandul (4:20-22). Kedua, teladan iman Daud. Sebagaimana Abraham, Daud pun dibenarkan karena imannya, bukan karena perbuatannya. Daud menyebut orang yang dibenarkan oleh Allah bukan berdasarkan perbuatannya sebagai orang yang berbahagia. Daud pernah jatuh dalam dosa, namun dia bersedia mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Ia sadar bahwa hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa-dosanya (4:6-8).

Kedua tokoh Alkitab di atas telah mewariskan teladan bagi hidup bagi kita, yang mengajarkan bahwa kita bisa memperoleh pembenaran berdasarkan kasih karunia Allah, bukan dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Walaupun memiliki kepercayaan diri itu tidak salah, kita harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap diri sendiri bukanlah jaminan bahwa segala sesuatu yang kita inginkan pasti akan terwujud. Tempatkanlah iman Anda pada Allah yang berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan, bukan pada kekuatan diri atau kepercayaan terhadap diri sendiri. [Souw]