Suksesi Kepemimpinan Israel (2)
Bacaan Alkitab hari ini:
Kejadian 48
Dalam suatu suksesi kepemimpinan di suatu negara atau bangsa, biasanya dilakukan semacam seremoni atau upacara pelantikan pejabat baru sebagai bukti nyata pengakuan atau afirmasi negara terhadap pejabat yang bersangkutan. Dalam sistem demokrasi modern, yang berkuasa adalah rakyat, sehingga dalam pelantikan presiden baru, yang melantik adalah ketua MPR. Di masa lampau, penguasa adalah Tuhan atau dewa setempat, sehingga pelantikan raja baru biasanya dilakukan di kuil atau dengan cara pemberkatan. Secara khusus, Kejadian 48 membahas mengenai penetapan pemimpin baru Israel, dengan keunikan khusus.
Keunikan pertama adalah bahwa berkat diturunkan Yakub bukan hanya kepada Yusuf, namun kepada kedua anak Yusuf juga. Praktik ini sangat tidak lazim, dan tentu saja mengandung simbol khusus, yaitu kehendak Tuhan untuk mengubah konsep Israel yang bukan lagi sebagai sebuah keluarga, namun sebagai sebuah bangsa, dengan Tuhan sebagai pemegang tampuk kekuasaan tertinggi. Berkat yang diterima Efraim dan Manasye menunjukkan bahwa Tuhan hendak menjadikan kedua anak Yusuf ini ikut memegang tampuk kekuasaan di antara bangsa yang baru tersebut. Jika kelak kita memperhatikan komposisi bangsa Israel, kita akan melihat kedua nama ini disebut secara terpisah, Manasye dan Efraim merupakan dua suku di antara 12 suku bangsa Israel! Keunikan kedua adalah bahwa Yakub tidak memberikan berkat utama kepada Manasye (sang kakak), melainkan kepada Efraim. Tindakan ini mengingatkan kita bahwa dalam memberikan perkenan-Nya, Tuhan tidak memandang pada senioritas garis keturunan, namun keputusan-Nya didasarkan pada kedaulatan kehendak-Nya sendiri. Dengan kata lain, Tuhan hendak menunjukkan bahwa penerima berkat hanyalah semata-mata alat di tangan Tuhan! Tuhanlah yang berkuasa menentukan siapa yang hendak Dia pakai untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita tentang siapa yang sesungguhnya berkuasa atas bangsa Israel. Pemilihan Allah tidaklah didasarkan pada kemampuan atau kepantasan diri kita, tetapi didasarkan pada kedaulatan-Nya yang tidak dibatasi oleh apa pun atau siapa pun. Manusia bisa saja silih berganti memimpin, tetapi Tuhanlah Penguasa yang sebenarnya! [Sung]