Mengikuti Teladan Sang Guru!
Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 20
Tuhan Yesus menuju ke Yerusalem untuk disesah, disalib, dan dibangkitkan. Itulah tujuan kedatangan-Nya ke dunia (Matius 20:19). Kedua belas murid-Nya tidak memahami hal itu, bahkan mereka mengikuti Tuhan Yesus dengan motivasi agar ‘dilayani.’ Mereka berharap agar setelah mengikut Tuhan Yesus, mereka mendapat hak istimewa untuk memperoleh upah dan kekuasaan. Dalam 19:27, Petrus—sebagai juru bicara para murid—menanyakan upah mereka dalam mengikut Tuhan Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau, jadi apakah yang akan kami peroleh?” Permintaan ibu dari Yakobus dan Yohanes yang meminta posisi untuk kedua anaknya kepada Tuhan Yesus (20:20-21)—yang dikonfirmasi oleh jawaban Yakobus dan Yohanes yang menginginkan takhta itu (20:22)—serta respons marah yang diperlihatkan murid-murid yang lain atas permintaan Yakobus dan Yohanes, menunjukkan bahwa para murid tidak mengenal tujuan kedatangan Guru-Nya ke dalam dunia. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya berbeda dengan kerajaan dunia ini: Kerajaan dunia menjalankan pemerintahan dengan tangan besi (pemaksaan) terhadap rakyat, sedangkan pemimpin dalam Kerajaan Allah memimpin dengan cara melayani, seperti teladan dari Guru mereka, yaitu Tuhan Yesus.
Qal Vahomer (how much more = lebih-lebih lagi) adalah ungkapan yang sering dipakai orang Yahudi dalam berargumentasi, yaitu bahwa contoh yang diberikan guru harus menjadi standar yang ditiru para murid. Kita bersyukur karena Tuhan Yesus tidak hanya pandai bicara dan cakap mengajar, tetapi Dia memberi teladan sesuai dengan apa yang Dia ajarkan. Karena Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani dan bukan dilayani, lebih-lebih lagi kita (murid-murid-Nya) harus melayani orang lain agar nama Tuhan Yesus makin dimuliakan?
Ujilah diri Anda: Semakin lama mengikut Tuhan Yesus, apakah Anda semakin rindu melayani Tuhan dan melayani sesama? Dalam bacaan Alkitab hari ini, ternyata bahwa motivasi murid-murid Tuhan Yesus—yang seharusnya semakin lama semakin dekat dengan Tuhan Yesus—adalah mengharapkan upah dan kekuasaan. Bila Tuhan Yesus—Raja dan Pencipta alam semesta raya—yang seharusnya dilayani, memilih untuk melayani, bukankah kita—ciptaan Allah—lebih-lebih lagi memiliki kewajiban untuk melayani? [FL]