Tuhan Yesus Dikuburkan (Pra-Paskah)
Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 27:57-66
Menurut hukum Romawi, mayat yang mati disalib boleh diambil oleh keluarga atau kerabat untuk dikuburkan. Jika tak ada yang mengambil, mayat itu akan dibiarkan menjadi makanan anjing liar. Sementara itu, menurut hukum Taurat, mayat orang yang mati dihukum gantung tak boleh dibiarkan tergantung semalam-malaman (Ulangan 21:22-23). Kemungkinan, dengan alasan itu, Yusuf dari Arimatea menghadap Pilatus ntuk meminta izin menurunkan mayat Tuhan Yesus dan menguburkan-Nya di kuburannya yang baru. Tindakan Yusuf mengajarkan bahwa pelayanan tidak mengenal kata terlambat. Meskipun Tuhan Yesus sudah mati, Yusuf tetap mengambil kesempatan terakhir untuk melayani-Nya. Yusuf memanfaatkan kekayaan dan statusnya sebagai anggota Majelis Besar (Luk. 23:50) untuk menghadap Pilatus, sehingga ia dapat menguburkan mayat Tuhan Yesus.
Tindakan Yusuf bertolak belakang dengan tindakan para imam dan orang Farisi. Mereka juga menghadap Pilatus, namun dengan tujuan berbeda. Kebencian pada Tuhan Yesus membutakan mata mereka dari kebenaran, sehingga mereka melakukan tindakan yang tidak masuk akal. Mereka melanggar hukum Taurat dengan datang ke tempat Pilatus pada hari Sabat, yakni sesudah hari persiapan (27:62). Ironisnya, mereka mengingat perkataan Tuhan Yesus tentang kebangkitan-Nya pada hari ketiga, namun mereka tidak percaya dan mencurigai bahwa para murid akan datang mencuri mayat Tuhan Yesus. Atas permintaan mereka, Pilatus mengirim para penjaga ke kubur Tuhan Yesus untuk memeterai dan menjaganya. Tindakan tersebut sebenarnya sia-sia karena para murid sudah dilanda ketakutan yang besar dan menyembunyikan diri, sehingga mereka tidak mungkin keluar untuk mencuri mayat Tuhan Yesus. Sebaliknya, tidak mungkin ada kekuatan yang mampu melawan kuasa Allah yang membangkitkan Tuhan Yesus, termasuk para penjaga, meterai, dan batu besar penutup kubur.
Kisah Yusuf dari Arimatea mengajar kita untuk memanfaatkan semua potensi kita guna melayani Allah. Selagi masih ada kesempatan, persembahkanlah jabatan, harta, karier, dan potensi kita yang lain untuk memuliakan Allah. Apakah Anda selalu memakai kesempatan untuk melayani Allah? Sebaliknya, kisah para pemimpin agama Yahudi mengingatkan kita untuk tidak melawan kehendak Allah dalam kehidupan, agar usaha kita tidak berakhir sia-sia. Adakah ada sesuatu di dalam kehidupan Anda saat ini yang bertentangan dengan kehendak Allah? [TF]